Menilik Sejarah Sekolah Perempuan Indonesia Pertama dari Bandung: Sekolah Dewi Sartika

Sekolah ini masih mempertahankan pendidikan khusus untuk perempuan. Beberapa materi keperempuanan yang masih diajarkan adalah menjahit, memasak, dan membuat produk kerajinan.

“Tadinya ekskul, sekarang dimasukan menjadi mata pelajaran. Walaupun hanya satu jam ya, mereka diajarkan untuk menjahit, membuat kerajinan. Siswa juga ikut pelajaran tersebut,” katanya.

Bangunan utama berupa kelas-kelas dengan jendela ram kawat di sekolah ini tidak boleh diubah karena Sekolah Dewi Sartika merupakan cagar budaya. Hal ini tertuang pada undang-undang dan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor 7 tahun 2018 tentang Pengelolaan Cagar Budaya.

BACA JUGA: Puluhan Siswa Baru SMA Pasundan 1 Kota Bandung Undur Diri saat Proses PPDB

Sepanjang eksisnya sekolah ini, sudah banyak nama yang menghiasi sekolah ini. Di awal berdiri pada tahun 1905 bernama Sakola Istri (Sekolah Istri). Lalu, berubah pada tahun 1910 menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Istri).

Di tahun 1929 berubah lagi menjadi Sakola Raden Dewi. Selanjutnya, berubah menjadi Sekolah Guru Bawah, Sekolah Kepandaian Puteri (1951), Sekolah Kejuruan Kepandaian Puteri (1963), dan hingga kini menjadi SD dan SMP Dewi Sartika.

Sri Rostinah berharap Sekolah Dewi Sartika tetap eksis dan tidak akan lekang oleh zaman.

“Mudah-mudahan sekolah ini tetap maju, siswanya semakin banyak serta mendapat perhatian dari pemerintah maupun pihak lainnya. Sekolah ini bersejarah, jadi harus kita lestarikan,” harapnya. (Fizh)

BACA JUGA: Jejak Perjuangan Cut Nyak Dhien Di Sumedang

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan