Kisah Kampung Cisoka yang Disulap Menjadi Wisata Alam

JABAR EKSPRES – Sejak kepemimpinan Bupati H Doni Ahmad Munir, Kampung Cisoka, Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, saat ini sedang dalam pembangunan untuk dijadikan destinasi wisata. Dari data yang dihimpun oleh Jabar Ekspres, terdapat sekitar 9 tempat wisata yang ada di daerah tersebut. Diantaranya adalah Sapatapaan, Kampung Karuhun, Curug Cigorobog, Cisoka Eco Green Park, Nabawadatala, Saung Jalitri Cisoka, Cisoka Hill, Rengganis Valley, dan Puncak Sokawana.

Dari beberapa tempat wisata tersebut, terdapat juga kolam renang, selfie spot, wahana berkuda, sepeda angsa di danau, dan banyak lainnya. Selain itu, Kampung Cisoka juga menjadi kawasan wisata alam. Semakin banyak pembangunan serta relokasi kebun garapan, telah berubah menjadi villa, warung, tempat berkuda, kolam wisata, perahu dayung, dan beberapa bangunan gubuk untuk disewakan kepada para pengunjung.

Namun, dari sekian tempat wisata tersebut, Cisoka tetapi memiliki lahan perkebunan teh yang paling luas di Kabupaten Sumedang. Hingga saat ini, Kampung Cisoka tetap menjadi lokasi perkebunan teh yang masih sering digarap oleh masyarakat Desa Citengah.

BACA JUGA: Dampak Libur Sekolah, Disbudpar Kabupaten Bogor Klaim Kunjungan Hotel Dekat Wisata Alam Meningkatkan

Jauh sebelum keadaan wilayah tersebut saat ini, Kampung Cisoka merupakan wilayah perkebunan teh yang dikelola oleh sebuah perusahaan terbuka selama puluhan tahun. Salah seorang warga kampung tersebut, Agus (45), telah mendiami lokasi perkebunan teh itu sejak usianya masih belasan tahun.

Menurut Agus, sejak awal dia dibawa oleh seorang pengusaha teh bersama dengan ayahnya sekitar tahun 1983 silam. Kini, dirinya juga telah dikaruniai oleh dua orang. Kampung Cisoka sendiri merupakan tempat dengan pemandangan hijau yang asri dan jauh dari kehidupan yang mewah.

“Tidak ada listrik sama sekali,” ujarnya kepada Jabar Ekspres, Selasa (18/7/2023).

Pada saat tahun 1992, warga mulai berbondong-bondong untuk membangun kincir pembangkit listrik tenaga air. Baru lah pada tahun 2005, pemerintah memberikan perhatian terhadap kawasan tersebut. Pemerintah daerah memberikan bantuan kepada masyarakat berupa panel surya untuk membantu wilayah tersebut dalam masalah perlistrikan.

Kedua sumber aliran listrik tersebut masih bertahan hingga saat ini. Meski pun, terkadang pada musim kemarau, air di sungai membuat kincir air tidak dapat berputar. Hingga pada akhirnya, wilayah tersebut masih saja jauh dari penerangan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan