Koleksi-koleksi itu tersusun rapi di lantai dua rumah tersebut. Tidak terlalu luas, tapi cukup membuat takjub pengunjung yang datang ke museum yang dibangun mandiri oleh keluarga almarhumah. Koleksi itu sebagian besar adalah barang-barang asli milik Nike Ardilla semasa hidup.
“Museum ini dibangun setahun setelah Nike Ardilla meninggal,” tutur Kang Baso.
Di museum tersebut juga dipajang pintu mobil bercat hitam. Itu adalah saksi bisu tragedi kecelakaan 19 Maret 1995 yang merenggut nyawa Nike Ardilla.
Kang Baso mengungkapkan, semasa Nike Ardilla hidup juga tidak sampai ada rencana untuk membangun museum. Nike hanya memiliki harapan punya rumah dua lantai di dalam komplek.
Koleksi milik Nike Ardilla memang tidak semuanya dipajang di Museum Nike Ardilla. Maklum karena keterbatasan ruangan. Biasanya beberapa waktu tertentu, display koleksi yang ada di muesum akan diganti dengan koleksi-koleksi yang masih tersimpan. (son)