Namun, kondisi korban ada kejanggalan pada bagian mulut atau bibirnya yang ditemukan ada luka robek. Kemudian tetangga tersebut melapor kepada RT RW dan melapor ke Polsek Banjaran, kemudian pihaknya bersama-sama mengecek langsung ke TKP.
“Setelah berada didalam rumah, mendapati korban sudah dalam keadaan meninggal dunia. Namun pada tubuh korban ditemukan ada kejanggalan karena di bagian mulut/bibir korban ada luka robek,” katanya.
“Dari serangkaian olah TKP yang dilakukan satreskrim polresta dan polsek banjaran maka patut diduga yang menjadi pelaku adalah suami korban sendiri yang bernama ID (41),” tambahnya.
ID pun akhirnya mengakui melakukan kekerasan rumah tangga yang mengakibatkan korban meninggal dunia, bahkan sebelumnya keduanya terjadi cekcok. ID kemudian mendorong sang istri ke dalam kamar dan dijatuhkan ke kasur kemudian ditindih dengan kedua kakinya.
Korban pun tidak dapat bergerak, karena korban masih beruara tersangka pun mengambil bantal dan menutup mulut korban. Sehingga, korban pun kehabisan nafas dan akhirnya meninggal dunia.
“Kemudian korban didorong oleh pelaku ke dalam kamar kemudian dijatuhkan ke atas kasur kemudian di tindih dengan kedua kakinya. Sehingga ditindih di atas korban tidak bisa bergerak, karena tidak bisa bergerak dan mulutnya masih bersuara akhirnya tersangka ini mengambil bantal dan menutup mulut korban atau istrinya sehingga tidak bersuara dan berhenti bernafas,” katanya.
Atas perbuatannya, pelaku dikenakan tiga pasal yang berlapis, yang pertama menggunakan pasal 44 ayat 3 UUD No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dengan ancaman 15 tahun penjara.
“Kemudian di alternatifkan dengan pasal 338 KUHP dengan ancaman kurang lebih 20 tahun kemudian ditambahkan lagi Pasal 351 penganiayaan minimal ancaman 7 tahun,” katanya memungkasi.
Hingga saat ini kasus tersebut masih mengejutkan warga Banjaran yang tidak menyangka bahwa ID akan berbuat demikian terhadap istrinya sendiri. (*)