Membicarakan Isu Sensitif nan Tabu di Sekolah Damai Indonesia

Sekolah Damai Indonesia saat mengadakan salah satu kelasnya. (Dok.pribadi)
Sekolah Damai Indonesia saat mengadakan salah satu kelasnya. (Dok.pribadi)
0 Komentar

SEKOLAH Damai Indonesia (Sekodi) Bandung menjadi ruang bagi masyarakat Kota Bandung yang tertarik untuk berdiskusi dan belajar bersama menyoal isu-isu sensitif di Kota Bandung.

Sekodi adalah suatu komunitas yang setiap tahuNnya membuka dua kelas. Masing-masing kelas berjalan selama tiga bulan, mulai dari bulan Januari-Maret dan bulan Agustus-Oktober.

Dalam kelas tersebut, Sekodi akan mengulas hal-hal yang dinilai tabu atau bahkan negatif di pandangan sosial.

Baca Juga:Andri Gunawan, Sosok Kaum Muda Calon Wali Kota Bandung?Upaya Kerjasama Perusahaan Otomotif KTM dan Bajaj dalam Merusak Dominasi The Big Four

Persoalan-persoalan seperit intoleransi pandangan sosial, politik, agama, hingga gender dan seksualitas adalah topik yang kerap dibahas oleh Sekodi dalam kelasnya.

Salah satu pionir Sekodi, Fanny Syaiful Alam (47) yang membuat kurikulum kelas Sekodi menuturkan, fokus dari kurikulum yang disajikan Sekodi dalam kelasnya berfokus pada isu yang marak terjadi di Kota Bandung dan Jawa Barat.

“Jadi kami merancang satu kurikulum yang simpel, tapi sesuai dengan isu yang teman-teman di Bandung dan Jawa Barat alami,” tutur Fanny kepada Jabarekspres.id, Sabtu (10/6).

“Akhirnya kami merancang bagaimana kalau bulan pertama kita ngomongin tentang agama, bulan kedua kami ngomongin tentang gender dan seksualias, dan bulan ketiga kita ngomongin politik dan demokrasi,” tambahnya.

Kurikulum yang dibuat Sekodi itu, berdasarkan hasil analisis mendalam yang sudah dilakukan oleh Fanny dengan member Sekodi awal pada waktu itu. Hasilnya, persoalan diskriminasi terjadi di Bandung dan Jawa Barat lah yang menjadi fokus kurikulum tersebut.

Diskriminasi yang kerap terjadi itu, salah satunya diskriminasi kepada kelompok-kelompok minoritas. Baik minoritas agama, suku, dan ras. Terlebih, masih terdapat pula regulasi-regulasi yang dibuat penguasa yang diskriminatif kepada kelompok minoritas itu.

“Mereka-mereka ini termasuk yang paling sering didiskriminasi. Gak Cuma oleh masyarakat, tapi juga oleh kebijakan pemerintah,” kata pria pelontos tersebut..

Baca Juga:Strategi Negosiasi Efektif dalam Bisnis Thrift: Membangun Keberhasilan melalui Kesepakatan MenguntungkanPilot Susi Air Masih Disandera, Kapolda Papua Minta Bantuan Penjabat Bupati Nduga

“Nah jadi setelah kami memahami hasil pemetaan tersebut, baru kami merancang (kurikulum) bahwa ini loh yang penting buat diomongin,” sambungnya.

Usia dari komunitas ini sudah setengah dekade. Sekodi Kota Bandung berdiri pada 5 Mei Tahun 2018 yang lalu. Sekodi Bandung adalah yang terakhir berdiri dan bertahan dibandingkan dengan Sekodi di wilayah Indonesia lainnya.

0 Komentar