Mendapat respons positif dan jadi daya tarik siapapun yang melintas di Jalan Braga saat itu. Bagaimana tidak, Braga Melukis Volume 3 tersebut, menghadirkan sejumlah anak-anak untuk melukis di atas Payung Geulis sepanjang Jalan Braga.
”Braga juga dikenal sebagai jalan yang identik dengan kegiatan melukis. Kesenian perlu kita hidupkan dan masyarakat Kota Bandung bisa memulainya dari dasar atau hal-hal sederhana,” ucap Tata yang bertahan duduk di kursi panjang.
Pria berperawakan kurus itu menjelaskan, berkesenian bisa dimulai dari warga dan elemen lainnya melalui hal-hal kecil. Tujuannya supaya dapat menghidupkan atau jadi pemantik agar masyarakat mencintai kesenian.
”Acara waktu itu, peserta dan warga membuat sesuatu dalam bentuk lukisan. Jadi Baga Melukis merupakan respons terhadap Jalan Braga sebagai kampung wisata kreatif,” tuturnya dengan terus tersenyum.
Tata memaparkan, kegiatan ArtBraga merupakan bentuk respon sosial seni rupa di Jalan Braga. Digagas oleh seniman yang berkegiatan di Rumah Seni Ropih dan komunitas seni yang ada dikawasan Braga. Kegiatan-kegiatan seni di kawasan tersebut, menjadi bukti bahwa para seniman merawat Jalan Braga lewat karya seni mereka.
”Jika kita melihat jejak sejarahnya, bagaimana jalan tersebut diakses oleh ide-ide kreatif para seniman yang pada hari ini, kita bisa melihat perkembangan Jalan Braga yang didominasi oleh bentuk Seni Rupa,” paparnya lalu disusul meneguk teh panas yang sejak pembicaraan dihidangkan oleh salah satu pengurus Rumah Seni Ropih.
Di penghujung perbincangan, Tata menegakkan posisi duduknya. Sura lembut di tengah lukisan-lukisan yang terpajang dia berujar, disemogakan Jalan Braga bisa menjadi salah satu kawasan melukis. Terlebih lagi, pasar bagi para pelukis sudah terbentuk di Jalan Braga.
Dia pun yakin, harapannya itu bakal menjadikan daya tawar untuk kepariwisataan di Kota Bandung.
”Kita juga selalu berkolaborasi swadaya, bersama dengan para perupa, komunitas, universitas seni rupa hingga hotel atau mall yang ada di Kota Bandung,” pungkas Tata. (ziz)