Musim Liburan, Ini Adab dan Hukum Melakukan Safar

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الْوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ  [أخرجه البخاري ]

“Kalau sekiranya orang tahu seperti yang aku ketahui, apa yang akan dialami ketika sendirian tentu dirinya tidak akan bepergian pada malam hari sendirian“. HR Bukhari no: 2998.

Lebih jelas lagi dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata: ‘Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ  [أخرجه أبو داود والترمذي]

“Satu pengendara (musafir) adalah setan, dua pengendara (musafir) adalah dua setan, dan tiga pengendara (musafir) itu baru disebut rombongan musafir“. HR Abu Dawud no: 2607, at -Tirmidzi no: 1674.

7. Membaca dzikir ‘Allahu akbar’ ketika mendaki dan ‘Subhanallah’ ketika turun.

Adab berikutnya yang harus diperhatikan oleh seorang musafir ialah disunahkannya untuk membaca dzikir ‘Allahu akbar’ ketik melewati jalan mendaki, dan ‘Subhanallah’ tatkala melewati jalan menurun. Berdasarkan haditsnya Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

كُنَّا إِذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا  [أخرجه البخاري ]

“Kami biasa jika melewati jalan mendaki (dalam perjalanan) mengucapkan ‘Allahu akbar’, dan jika melewati jalan menurun kami mengucapkan ‘Subhanallah“.  HR Bukhari no: 2994.

8. Perempuan Harus Ditemani Mahram

Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang perempuan untuk safar sendirian tanpa ditemani mahramnya. Berdasarkan haditsnya Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Beliau menceritakan bahwa dirinya pernah mendengar langsung dari Rasulallah Shalallah ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ امْرَأَتِي خَرَجَتْ حَاجَّةً وَاكْتُتِبْتُ فِي غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا قَالَ ارْجِعْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ  [أخرجه البخاري و مسلم]

“Sekali-kali tidak boleh bagi seseorang berduaan bersama seorang wanita melainkan harus ditemani oleh mahramnya. Dan haram bagi seorang wanita safar kecuali bila ditemani oleh mahramnya”. Maka ada seorang sahabat yang berkata: “Ya Rasulallah, sesungguhnya istriku akan safar untuk ibadah haji, sedangkan aku akan pergi dipeperangan ini dan itu? Beliau berkata: “Pulanglah dan temani istrimu berhaji”.  HR Bukhari no: 1862. Muslim no: 1341.

9. Boleh sholat diatas Kendaraan

Termasuk kemudahan yang ada dalam sunah adalah bolehnya bagi musafir untuk mengerjakan sholat sunah diatas kendaraan. berdasarkan haditsnya Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي السَّفَرِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ يُومِئُ إِيمَاءً صَلَاةَ اللَّيْلِ إِلَّا الْفَرَائِضَ وَيُوتِرُ عَلَى رَاحِلَتِهِ  [أخرجه البخاري و مسلم]

“Adalah Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa sholat ketika safar diatas kendaraannya, dengan menghadap ke arah manapun, beliau melakukan dengan isyarat tubuh. (pada waktu) itu beliau mengerjakan sholat malam tapi bukan faraidh, kemudian beliau tutup dengan sholat witir“. HR Bukhari no: 1000. Muslim no: 700.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan