JABAR EKSPRES – Kenali Raden Ayu Lasminingrat, tokoh pejuang emansipasi wanita yang bercita-cita mengedepankan peran dan kesetaraan derajat wanita Nusantara.
Merupakan putri sulung dari pasangan Raden Haji Muhamad Musa dan Raden Ayu Ria, penghulu sekaligus sastrawan Sunda.
Raden Ayu Lasminingrat adalah seorang pelopor kemajuan wanita Sunda serta mendirikan Sakola Kautamaan Istri. Sama halnya dengan Dewi Sartika dan R.A. Kartini yang ingin menjunjung tinggi derajat wanita di Nusantara.
Raden Haju Muhamad Musa mendirikan sekolah Eropa yang dikenal dengan Bijzondere Europeesche School sebagai bentuk kesadaran pentingnya pendidikan pada masa kolonialisme pendidikan dengan politik etis.
Sekolah tersebut memiliki kebijakan untuk orang Eropa yang bisa bersama-sama bersekolah dengan anak-anak pribumi tanpa batasan jenis kelamin.
Seorang Sekretaris Jendral Pemerintah Hindia Belanda, Levyson Norman (Kontrolir Levisan) – kenalan baik ayah Lasminingrat – yang mengasuh sang anak hingga dia mahir menulis dan berbicara dalam bahasa Belanda.
Hal tersebut membuat Raden Ayu Lasminingrat menjadi fasih dalam berbahasa Belanda. Karel Frederik Holle, orang Belanda yang memiliki perkebunan di Garut, memuji kepiawaian berbahasa Belandanya melalui pernyataan dalam surat Holle kepada P. J. Veth.
Surat tersebut menyebutkan “Anak perempuan penghulu yang menikah dengan Bupati Garut, menyadur dengan tepat cerita-cerita dongeng karangan Grimm, cerita-cerita dari negeri dongeng (Oleg Goeverneur), dan cerita-cerita lainnya ke dalam bahasa Sunda,”.
K. F. Holle juga memiliki peran yang sangat besar dalam upaya revitalisasi bahasa Sunda dengan menerbitkan banyak buku dalam bahasa Sunda. Sebagai bentuk dorongan kepada kaum menak untuk berkarya dan menerbitkannya.
Sejarah juga mengatakan bahwa Lasminingrat memiliki keterlibatan dalam penyusunan buku-buku pelajaran Sunda.
Pada tahun 1907, Raden Ayu Lasminingrat resmi mendirikan Sakola Kautamaan Istri di lingkungan Ruang Gamelan, Pendopo Garut. Pada awalnya hanya terbatas untuk para bangsawan lokal saja. Dia juga sangat sering membuat tulisan, dan salah satu karyanya yang populer adalah Warnasari (jilid 1 & 2).
Pada tahun 1911, sekolah tersebut pindah ke Jalan Ranggalawe, dan pada tahun itu juga sekolahnya mulai berkembang. Lalu di tahun 1912, Lasminingrat mendirikan kembali Sakola Istri untuk kaum perempuan yang sekarang lokasinya merupakan SMA Negeri 1 Garut.