Sebelumnya, iklan tak beretika juga pernah dilakukan Le Mineral. Saat itu, produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sekali pakai ini menyusun dan dengan sengaja menyebarkan informasi negatif berbayar yang ditayangkan oleh salah satu media nasional.
Media tersebut memuat iklan advertorial yang isinya menggambarkan unsur persaingan usaha tidak sehat yang mendiskreditkan produk pihak lain. Di bawah advertorial itu dengan jelas tertulis “Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Le Minerale”.
Advertorial berjudul “Bagaimana Melindungi Ibu dan Anak dari Bahaya AMDK Tercemar Senyawa BPA?”. Iklan berbentuk berita itu menyertakan narasumber bertujuan untuk menjatuhkan produk lain yang sejenis dengan produksi pemasang iklan.
Pemberitaan AMDK galon ini juga dikritik karena mengaburkan berita dengan advertorial. Susilo mengatakan bahwa ada indikasi bahwa iklan tersebut mengandung unsur persaingan usaha.
Susilo mengatakan, iklan seperti ini jelas tidak boleh dan tidak sesuai dengan etika pariwara Indonesia. Kondisi ini sekaligus menunjukan bahwa kompetisi usaha AMDK tidak sehat dilakukan oleh oknum tertentu.
“Apalagi dengan dicabutnya tulisan kerjasamanya, itu semakin ketahuan bahwa niatnya memang ingin menjatuhkan produk pesaingnya,” katanya.
Belakangan, upaya menjatuhkan produk lain tersebut semakin masif dilakukan melalui kampanye hitam dengan menyebarkan hoax. Berita bohong dimaksud berkaitan dengan video viral terkait keberadaan Aqua Sachet.
Setelah diusut, Aqua Sachet tersebut bukan buatan pabrik namun kemasan yang sengaja dibuat oleh konten kreator TikTok @kwu881_. Hal tersebut juga sudah diakui pemilik akun yang selanjutnya menghapus video tersebut.
Meski demikian, keberadaan video tersebut telah dikapitalisasi oleh pihak tertentu untuk menjelek-jelekan kompetitor mereka. Oknum tersebut menggunakan buzzer di media sosial untuk mendiskreditkan para pesaing.
Hingga saat ini, belum ada permintaan maaf resmi dari para pemilik akun buzzer terhadap produsen yang dirugikan menyusul video hoaks tersebut. Padahal, produsen telah dirugikan menyusul tudingan para buzzer terkait video palsu dimaksud.
Co-founder Indonesian Antihoax Education Volunteers (REDAXI) Astari Yanuarti mengatakan kalau penggunaan buzzer untuk kampanye hitam dan menjelekan produk lain itu sangat terbuka. Dia mengatakan, salah satu karakter penyebaran hoaks adalah daur ulang isu.