JABAR EKSPRES – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membeli selusin pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar.
Bukan tanpa alasan, ternyata Kemenhan memiliki tujuan dari pembelian selusin pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar tersebut.
Terkait pembelian selusin pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar oleh Kemenhan dijelaskan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemehan Brigjen TNI, Edwin Adrian Sumanth.
BACA JUGA: Begini Penampakan 2 Kapal Perang yang Akan Dijual Kemenhan
Ia menyatakan bahwa pembelian selusin pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar dilakukan karena adanya penurunan kesiapan tempur TNI AU.
Lebih lanjut, ia juga penurunan kesiapan tempur tersebut karena adanya sejumlah pesawat tempur TNI AU yang akan habis masa pakainya, menjalani peremajaan (upgrade) atau pun perbaikan (overhaul/repair).
“Pelaksanaan upgrade dan overhaul/repair pesawat tersebut di atas akan menyebabkan penurunan kesiapan pesawat tempur TNI AU,” kata Edwin melalui keterangan tertulisnya, dikutip JabarEkspres.com pada Jumat, 16 Juni 2023.
Tidka hanya itu, ia juag membeberkan bahwa sejumlah pesawat TNI AU yang akan habis masa pakainya, menjalani peremajaan maupun menjalani perbaikian.
Di antaranya adalah F-5 Tiger dan Hawk 100/200, F-16 hingga Sukhoi Su 27/30.
Berdasarkan informasi, Indonesia rencananya akan menerima tiga unit Dassault Rafale baru pada Januari 2026 mendatang sebagai pengiriman awal.
Sementara proses pembelian F-15 Super Eagle masih dalam tahap pembahasan surat penawaran (letter of offer and acceptance) dari Pemerintah Amerika Serikat, mengingat F-15 dibeli dengan skema foreign military sales (FMS).
Karena lamanya pengadaan dua pesawat baru itu, Edwin menyatakan bahwa Indonesia membeli Mirage 2000-5 bekas dari Qatar.
Selanjutnya, ia mengungkapkan bahwa pembelian selusin pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar itu diharapkan bisa menambal terlebih dahulu kekuatan TNI AU.
“Adapun alasan Kemehan RI melaksanakan pengadaan pesawat Mirage 2000-5 eks Angkatan Udara Qatar adalah karena Indonesia membutuhkan alutsista pesawat tempur yang bisa melaksanakan delivery (pengiriman) secara cepat untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI AU yang disebabkan oleh banyaknya pesawat tempur TNI AU yang habis masa pakainya, banyaknya pesawat yang akan melaksanakan upgrade, overhaul/repair dan masih lamanya delivery pesawat pesanan pengadaan baru,” kata Edwin.