Satu dari banyaknya seniman yang pernah diseleksi untuk dapat berpentas di gedung ini adalah mendiang Remy Sylado. Remy Sylado adalah seorang aktor, kritikus musik, sasatrawan, dan dosen.
Pria yang akrab disapa dengan Aim ini bercerita ketika dirinya menyeleksi mendiang sastrawan kondang tersebut. Dalam adegannya, Remy menampilkan adegan romantis, dan Aim mengkritiknya.
“Sebagai contoh, waktu Remy Sylado menampilkan sebuah (adegan) yang sangat vulgar ada ciuman-ciuman. Dalam kesenian kan simbol, kata saya, ‘kan ciuman itu tidak harus fisik kan’,” ceritanya seraya memperagakan ciuman jarak jauh.
Teknisi cahaya Gedung Rumentang Siang, Tohari (53) membernarkan kisah tersebut. Sebelum bekerja menjadi teknisi cahaya di gedung bersejarah ini, Tohari adalah aktor yang juga pernah berpentas di Gedung Rumentang Siang.
Dirinya pun mengalami tahapan seleksi untuk bisa bermain di gedung ini. Tohari mengingat masa indah itu, di mana bisa tampil dan bermain kesenian di Gedung Rumentang Siang adalah sebuah pretise.
“Dulu susah untuk bisa pentas di sini,” katanya yang menyempatkan waktu untuk diwawancara Jabarekspres.id Rabu (7/6) sebelum sembahyang.
“Belum jadi seniman katanya kalau belum pentas di gedung kesenian Rumentang Siang. Karena, seniman-seniman besar mayoritas pernah pernah pentas di sini,” kenangnya dengan senyum.
Sekarang Gedung Rumentang Siang masih aktif digunakan oleh seniman-seniman muda. Lain dulu lain sekarang, Gedung Rumentang Siang hanya diperuntukan untuk seni peran.
Beberapa komunitas yang acap kali latihan di gedung ini seperti kelompok Teater Barak, Smile Kabaret, dan kelompok Teater Sunda Kiwari.
Aktivitas kesenian di Gedung Rumentang Siang sekarang masih tetap padat. Dalam satu pekan, hanya dua hari kosong.
“Kalau untuk aktivitas penuh sih. Paling seminggu itu sehari, dua hari kosong,” kata Teguh Rachmadi selaku Koordinator Gedung Rumentang Siang, saat diwawancara Jabarekspres.id di kantornya Rabu (7/6). (ben)