Upaya Dinkes dalam Menekan Kasus Penyebaran Sifilis di Kota Bandung

JABAR EKSPRES – Tahun 2022 jumlah warga positif sifilis di Kota Bandung mencapai 881 kasus, dari total pemeriksaan sebanyak 30.311 orang. Nilai tersebut sangat lah tinggi apabila disandingkan dengan jumlah positif sifilis di wilayah Jawa Barat, yang menyentuh angka 3.186 kasus pada rentang tahun 2018-2022.

Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Agus SKM menuturkan, kini pihaknya terus memasifkan program pengecekan yang dilakukan sedini mungkin. Hal ini diharapkan mampu mengurangi tingkat penularan sifilis di Kota Bandung.

“Artinya kita semakin banyak program, deteksi dini nya juga bagus, nantinya kan yang ketemu ini diobatin tuh dan di edukasi yang diharapkan resiko penularannya berkurang, apalagi kalau sudah punya pasangan kita lakukan couple conseling,” ujar Agung SKM.

Agung mengungkapkan, pihaknya bekerja sama dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), terkait penjangkauan pada populasi beresiko, untuk pemberian edukasi terkait penyakit sifilis.

“Programnya itu kalau menjangkau populasi khusus kita bekerjasama dengan teman-teman LSM. Mereka itu melakukan penjangkauan, penjangkauan itu mencari populasi beresiko dan mengedukasi kemudian mengajak mereka untuk melakukan tes ke puskesmas,” ungkapnya.

Dirinya menjelaskan, populasi beresiko merupakan ibu hamil yang rentan terjangkit. Maka dari itu segala upaya tengah dilakukan oleh pihaknya, terkait program yang mampu meredam sedini mungkin penyebaran kasus sifilis.

“Pada ibu hamil ini kita melakukan berbagai macam upaya. Kalau kita lakukan deteksi dini di tingkat masyarakatnya. Kita punya Warga Peduli Aids, kemudian juga ada community organizer nya, disamping itu juga kita mulai mengkordinasikan Praktik Bidan Mandiri (PMB) yang disambungkan dengan puskesmas,” jelasnya.

Agung menyebutkan, Praktik Bidan Mandiri (PMB) ini merupakan tahap awal di kewilayahan, dalam pemeriksaan kasus HIV dan Sipilis yang dilakukan oleh dokter atau bidan di puskesmas, yang telah diberikan pelatihan sebelumnya.

“Mereka melakukan tes sekrining awal, jadi regen nya itu sudah bisa memeriksa HIV dan Sipilis yang kita sebut triple eliminasi,” sebutnya.

“Di puskesmas bidannya kita latih, dokternya juga. Jadi mulai dari puskesmasnya, praktik mandiri bidannya, masyarakatnya kita didik semua. Termasuk LSM juga kita didik,” tambahnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan