BANDUNG, JABAR EKSPRES – Helga Algida adalah salah satu petugas pemasyarakatan atau sipir di Rutan Kebon Waru, Bandung. Selain mendedikasikan diri sebagai penjaga tahanan, ia ternyata punya prestasi tingkat dunia dalam bidang bela diri Kempo.
Tubuh pria 30 tahun itu tidak terlalu tinggi dan besar, tapi ia memiliki teknik kuncian yang mematikan. Selain itu, gerakannya dalam seni bela diri asal Jepang itu juga cukup apik. Itulah yang jadi bekal ia bisa sukses memborong medali kompetisi kempo tingkat dunia.
Terbaru sekitar pekan lalu, pria asal Kabupaten Bandung itu juga baru pulang dari Caldas de Rainha, Portugal. Usai mengikuti kompetisi The 18th IKF Word Kempo Championship 2023. “Bersyukur bisa pulang bawa satu perak dan dua perunggu,” jelasnya kepada Jabar Ekspres.
BACA JUGA: Identitas Kebudayaan Sunda yang Mulai Hilang di Kota Bandung
Bapak satu anak itu menceritakan, kecintaannya dalam bela diri kempo itu tumbuh sejak 2004 lalu. Saat itu ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Tetapi, kemudian diajak sang kakak untuk ikut ekskul kempo di SMKN 3 Baleendah. “Masih SD, tapi diajak ikut ekskul di SMK,” terangnya.
Dari situlah ia mulai mengenal dan kepincut dengan kempo. “Gerakannya unik, beda dengan bela diri lain,” sambungnya.
Selepas menguasai berbagai teknik dan mengasah keterampilannya dalam kempo, Helga kemudian juga rajin mengikuti kompetisi. Sebelum berhasil menorehkan prestasi di tingkat dunia, ia juga sudah banyak menjuarai kompetisi kempo dari tingkat kota kabupaten maupun Asean. Seperti ajang bupati cup, hingga Bogor Open pada 2013 lalu.
Bagi Helga, kempo bukan sekedar bela diri. Menurutnya latihan dan penguasaan teknik bela diri itu tidak hanya bermanfaat sebagai bekal pertahanan diri. Tetapi bela diri juga mengajarkan pengendalian diri. Termasuk ajaran filosofis yang ada dalam bela diri asal Jepang itu. “Orang yang sudah ahli dan punya bekal bela diri akan lebih tenang ketika duel di jalanan,” cetusnya.
BACA JUGA: Setelah Vakum 35 Tahun, Lomba Kereta Peti Sabun Siap Digelar Kembali Di Kota Bandung