Sementara di DPRD Jawa Barat pernah menjabat selama 2 perode, dan merasakan menjadi Ketua Komisi V dan Ketua Komisi III, Sekretaris Fraksi, dan berbagai posisi di Alat Kelengkapan Dewan (AKD).
Kasus Didin ini menambah panjang hengkangnya kader Demokrat di Jawa Barat. Sebelumnya, kader dari DPC, DPAC, Ranting hingga Anak Ranting Partai Demokrat Kabupaten Purwakarta mengundurkan diri secara massal. Hal sama terjadi di DPC Kabupaten Pangandaran.
Terpisahm pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, kader yang pindah partai umumnya karena ada beberapa masalah. Faktor terbesarnya, mulai konflik internal hingga krisis kepemimpinan.
“Ekstremnya, sebagian kadernya merasa tidak terakomodasi lalu memilih mundur,” katanya.
Sementara dari sisi krisis kepemimpinan, Firman menilai Partai Demokrat sudah melemah pamornya setelah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak menjadi Presiden Indonesia.
Demokrat tidak lagi punya figur sentral yang bisa mengendalikan kader secara keseluruhan.
“Demokrat dirugikan karena beberapa kader yang hengkang begitu potensial. Jadi harus berhati-hati, jangan sampai di 2024 juga menimbulkan kerugian penurunan suara,” tuturnya. (*)