BANDUNG, JABAR EKSPRES – Terlahir dari sebuah kebudayaan baru yang dikenal dengan Sunda Priangan, kemudian lekat dengan perwajahan budaya. Kota Bandung erat kaitannya dengan macam tradisi kesundaan yang ada di Jawa Barat.
Namun dalam perkembangan, nilai tersebut seakan ditinggalkan. Modernisasi, teknologi, hingga digitalisasi menjadi faktor hilangnya ragam tradisi kesundaan yang ada di Kota Bandung.
Menurut Budayawan Sunda, Budi Setiawan Garda Pandawa menuturkan, menjadi salah satu pusat Pemerintahan Hindia Belanda, seharusnya menjadi keuntungan bagi kota kembang ini dalam hal pelestarian tradisi dan modernisasi yang mampu berjalan secara beriringan.
“Bandung dulu memang diperuntukan untuk masyarakat eropa, nah masyarakat kita mah kan datangnya dari pelosok atau gunung. Pencampuran dari masyarakat yang ada di Gunung tadi disetatar bandung, disebutlah sunda priangan ” kata Budi Setiawan, kepada Jabar Ekspres.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Jamin, Operasional TPA Cicabe Hanya Sementara
“Jadinya ada dua keuntungan yang kita bisa lihat dari kota bandung. Jadi kalo disebut modern, emang iya modern soalnya menjadi salah satu yang diperuntukan sebagai pusat pemerintahan hindia belanda” ungkapnya.
Orang yang akrab disapa Budi Dalton ini menyayangkan, kota yang menjadi pusat kehidupan bangsa Eropa, seharusnya mampu mengemas ragam tradisi agar tidak ditelan oleh modernisasi.
“Ini tentunya akan lebih heterogen dibanding dengan budaya budaya lain. Artinya tradisi ada tapi modernisasi juga tidak ketinggalan, kita berdekatan dengan kebudayaan barat disini” katanya.
“Ini menjadi plus poin tentang kemasan tradisi yang dikemas secara modernisasi seharusnya munculnya dari bandung,” tambahnya.
Ia mengungkapkan, dalam hal ini perlu perhatian dari pihak pemerintah terkait regulasi mengenai kebudayaan. Hal ini bertujuan agar ciri dan identitas kesundaan bisa terus melekat pada masyarakat Jawa Barat, Khususnya Kota Bandung.
“Misal juga kita turun di bandara disambut grup kecapi suling, tapi dengan tampilan yang sedikit modern. Tapi kan paling tidak orang yang datang ke kota bandung sudah terasa representasi dari sebuah kontruksi kebudayaan modern dan tradisi ada di bandung” ungkapnya.
BACA JUGA: Menyoal Program Kang Pisman, Sudah Tidak Efektif?