JABAREKSPRES – Kabupaten Bandung menjadi kedua paling tinggi tingkat perceraian di Jawa Barat Sehingga masyarakat yang menyandang status janda dan duda diperkirakan berjumlah puluhan ribu orang.
Juru bicara Pengadilan Agama Soreang Kabupaten Bandung Fathulloh mengatakan, salah satu penyebab banyaknya masyarakat yang menyandang status janda dan duda adalah karena tingkat perceraian di Kabupaten Bandung sangat tinggi.
“Memang untuk di Kabupaten Bandung sendiri bisa dibilang sangat tinggi ada di posisi kedua perceraian tertinggi di Jawa Barat setelah Indramayu dan mungkin Se-Indonesia,” ujar Fathulloh saat ditemui, Rabu (3/5).
Fathulloh menjelaskan jika tingkat perceraian menjadi tertinggi, lantaran wilayah Kabupaten Bandung sendiri sangat luas dengan jumlah penduduk mencapai 3,7 juta jiwa.
“Per tahun sendiri tingkat perceraian di Kabupaten Bandung mencapai 10 ribu, jadi bisa dihitung rata-rata perbulan sekitar 700 perceraian,” katanya.
Selain itu Fathulloh menyampaikan jika rata-rata perceraian yang terjadi di landasi oleh faktor ekonomi dan juga gaya hidup yang sangat tinggi.
“Sebenarnya dengan gaji 2 sampai 3 juta itu sudah cukup asalkan lebih ke kebutuhan bukan gaya hidup,” jelasnya.
Meski begitu Fathulloh menyebut jika perceraian ini bukan hanya orang-orang yang bermasalah dalam perekonomian, namun orang-orang mampu pun ada yang mengajukan.
“Bahkan bos yang dikatakan sudah punya semuanya mereka juga tetap bercerai,” jelasnya.
Jadi menurutnya hal ini merupakan faktor dari mental berumah tangga yang kurang mampu dan juga faktor pemahaman keagamaan.
Menurutnya jika mental dan pemahaman agama yang kuat pastinya tidak akan ada terjadi. Sebab godaan dalam berumah tangga sudah pasti selalu ada.
“Kadang juga jika ekonomi bagus ada saja godaannya baik itu suami atau istri yang tergoda dengan pasangan lain,” sebutnya.
“Jadi kalau mentalnya sudah bagus, ilmu agama dan pemahamannya bagus, insha Allah tak akan terjadi hal demikian,” tuturnya.
Bahkan Fathulloh menyampaikan jika saat ini muncul tren di sebagian orang yang menyebut jika berganti pasangan itu keren. Hal itu menurutnya sangat miris.
“Ini yang jadi sangat miris buat saya, ada yang menyampaikan jika gonta-ganti pasangan sangat keren bahkan dianggap tren. Ingat pernikahan itu bukan permainan,” pungkasnya. (agi/yan).