Pada hari ini, di hari raya ini, kita semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan.
Sebaliknya, jika keluar dari Madrasah Ramadhan kita belum menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih kalah dengan tipu daya setan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan kemenangan? Layakkah kita berhari raya?
Sejatinya, apa yang kita rayakan pada hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?
Oleh karena itu, hadirin sekalian, marilah kita bermuhasabah. Kita introspeksi dan evaluasi diri kita. Apakah kita telah layak merayakan kemenangan di hari raya ini?
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia,
Ramadhan tiada lain adalah madrasah yang menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yaitu pribadi yang memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba.
Pribadi yang melakukan kewajiban kepada sesama hamba dan kewajiban kepada Allah subhanahu wata’ala.
BACA JUGA: Puasa Setengah Hari dari Jam 12 Sampai Jam Berapa Bagi Anak? Ini Bisa Dicoba
Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan, kita ditempa untuk menerima berbagai pelajaran. Di antaranya:
Pertama, takwa. Tujuan utama dari puasa adalah la’allakum tattaquun.
Artinya, puasa Ramadhan diwajibkan agar menjadi wasilah bagi kita untuk meraih ketakwaan. Ketika berpuasa, kita mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan syahwat makan, minum dan syahwat-syahwat lainnya.
Kedua, ikhlas. Yakni melakukan ketaatan semata-mata karena Allah. Puasa mengajarkan kepada kita keikhlasan dan menghindarkan diri dari niat ingin memperoleh pujian dari sesama.
Ketiga, sabar. Di Madrasah Ramadhan, kita dilatih dan dididik untuk bersabar. Dengan berpuasa, kita belajar sabar dengan tiga jenisnya sekaligus: sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi musibah.
Keempat, mujahadah. Puasa mengajarkan kepada kita untuk melakukan mujahadah, yaitu berjuang menghadapi hawa nafsu dan godaan setan dalam berbagai bentuknya.
Kelima, menjaga lisan. Puasa mengajarkan kepada kita untuk menjaga lisan jangan sampai mengatakan ucapan yang tidak diridlai Allah.