Fajar Bustomi Ungkap Alasan Film ‘Buya Hamka’ Dijadikan Tiga Bagian

FILM rilisan terbaru yang disutradarai Fajar Bustomi, yakni ‘Buya Hamka‘, pada akhirnya bakal dibagi dalam tiga bagian.

Dia menjelaskan, keputusan tersebut diambil lantaran ingin memanjakan para penonton.

Film biopik yang menceritakan sosok Buya Hamka, kata Fajar, dibagi jadi tiga bagian supaya dapat menghadirkan film kenikmatan dan rasa yang benar-benar terbaik.

“Ketika kita menggagas film ini awalnya rencananya hanya dua film. Tapi setelah selesai syuting, diedit, ini jadinya tujuh jam,” ungkap Fajar dilansir dari ANTARA, Minggu (9/4).

Menurutnya, apabila timnya hanya membuat jadi dua bagian, durasi film tersebut bisa mencapai 3,5 jam. Fajar menilai bahwa durasi tersebut terlalu lama untuk tontonan bioskop.

“Bukan karena bosen ya, tapi ada hal lain. Kalau kita menyajikan terlalu panjang, itu bahayanya waktu penayangan kita itu akan berbenturan dengan waktu sholat. Sedangkan film ini salah satu targetnya adalah orang-orang yang beribadah. Jadi jangan sampai sholatnya terganggu gara-gara nonton film,” jelas Fajar.

Diketahui bahwa setelah tertahan hampir empat tahun lamanya, akhirnya “Buya Hamka” pun dijadwalkan akan tayang menjelang Hari Raya Idul Fitri pada 20 April mendatang.

Fajar menjelaskan, pihaknya memang sengaja tak ingin tergesa-gesa dalam meluncurkan film ini agar bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

“Kita sih nggak mau lama-lama menahan film ini juga. Karena kita sudah cukup lama menahan film ini dari 2019 sampai 2023. Tapi ya jangan sampai penayangan ini jadi tergesa-gesa. Kalau kita tayangin di 2020 atau 2021 itu bioskop belum bisa dibuka 100 persen. Tapi sekarang kan InSya-Allah pandemi sudah berlalu jadi orang bisa nonton dengan leluasa,” ujar Fajar.

“(Untuk volume kedua dan ketiga) rencananya kita mau dalam setahun langsung. Tapi balik lagi, kita lihat setelah film ini selesai kita dapat respon dari bioskop itu seperti apa. Kita juga harus diskusi sampa pihak bioskop terkait tanggalnya. Kita harus berbagi juga dengan film Indonesia yang lainnya. Kita harus saling support,” tambahnya.

Dengan dirilisnya film “Buya Hamka”, Fajar berharap masyarakat semakin bisa mengenal dan menghargai jasa para pahlawan terdahulu. Sehingga, melalui film-film seperti “Buya Hamka” juga akan lahir penerus-penerus sosok Buya Hamka yang baru di Indonesia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan