Permasalahan Israel untuk FIFA U-20 ini menjadi semakin memanas setelah banyak pihak yang menyeruakan pro dan kontranya terhadap kehadiran Israel. Pada satu sisi, argumen yang diberikan oleh orang-orang yang menolak kedatangan Israel juga merupakan argumen yang valid dan memiliki dasar.
“Argumen bagi mereka yang menolak Israel datang ke Indonesia itu juga argumen yang valid dan ada dasarnya. Bukan semata politik praktis, tapi ini soal sikap, soal pandangan, soal bagaimana akumulasi pendirian bangsa Indonesia, jejak historis yang semuanya terekam di konstitusi loh, dan itu juga yang jadi alasan kenapa sampai sekarang kita nggak mengakui Israel, kita nggak punya hubungan diplomatik dengan Israel, karena alasan itu, sesuatu yang nggak bisa di pandang enteng,” ucap Najwa Shihab saat memberikan pandangannya di acara ‘Musyawarah’ oleh Narasi melalui kanal YouToube milik Najwa Shihab, JabarEkspres.com mengutip pada Kamis (30/3).
Pada sisi yang lain juga, batalnya turnamen Piala Dunia U-20 di Indonesia ini juga dapat memberikan dampak kerugian yang cukup besar bagi berbagai macam pihak. Apalagi, Indonesia juga memiliki potensi untuk dikucilkan dari persepakbolaan dunia.
Namun, yang menjadi sorotan oleh pihak yang berargumen untuk menolak Israel di Indonesia adalah standar ganda yang kerap FIFA lakukan. Pada tahun 2016, 2017, dan 2019, Israel secara terang-terangan mengeluarkan travel advisory untuk melarang pesepak bola Palestina untuk melintasi perbatasan untuk mengikuti pertandingan.
Pada tahun 2022 lalu, Israel juga melakukan penembakan terhadap pesepak bola Palestina oleh tentara Israel di Tepi Barat. Palestinian Football Association sudah seringkali meminta FIFA untuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel, tapi FIFA tetap saja tidak memberikan sanksi.
Standar ganda ini terjadi karena pada saat Piala Dunia di Qatar tahun lalu, FIFA menjatuhkan sanksi kepada Russia atas tindakannya terhadap Ukraina. Namun, hingga saat ini pun FIFA tidak menjatuhkan sanksi kepada Israel atas perlakuannya terhadap Palestina.
Ironisnya, standar ganda juga bukan hanya terjadi di FIFA saja, namun hal ini juga terjadi di Indonesia. Karena Indonesia masih belum menunjukkan bentuk pembelaan yang sama terhadap korban tragedi Kanjuruhan. Yang di mana pelakunya sekarang ini juga hanya diberikan hukuman yang ringan bahkan ada yang bebas.