Mengapa Harus Bersyukur Atas Nikmat ? Baca Kisahnya Disini

“Bener sih, Pak, tapi kalau Bapak, kan, kaya, mudah untuk bersyukur,” kata Zul kemudian. Bapak itu menjawab, “Saya kaya?! Itu, kan, seka- rang “Memangnya dulu bapak pernah menderita?” tanya Zul.

Bapak itu pun bercerita, “Jauh lebih menderita, Dik. Saya dulu bekerja sebagai satpam. Utang saya banyak, sampai-sampai tukang tagih meneror saya dan keluarga. Keluarga saya ketakutan.

Akhirnya rumah saya dan isinya disita. Selama beberapa tahun kami hidup di jalanan.

Bayangkan, istri dan tiga anak saya menjadi orang jalanan, bagaimana perasaan saya waktu itu?! Kemudian saya sadar bahwa kita adalah wayang, semua sudah diatur dalam skenario-Nya.

Tugas kita hanya menerima dengan ikhlas takdir yang sudah digariskan-Nya. Saya bersyukur karena istri dan anak-anak saya masih hidup. Saya men- coba untuk terus bersyukur, apa pun yang terjadi.” Zul terenyuh dan berkata.

“Maaf, Pak, saya bukan bermaksud membuat Bapak sedih.” “Oh, nggak apa-apa, justru keadaan itulah yang membuat jiwa saya tertempa. Jiwa syukur dan ikhlas saya terlatih.

Makanya, jangan menyalahkan nasib, tapi ubahlah keluhan dengan syukur yang dalam. Ucapkan- lah, ‘Terima kasih, ya Allah, atas berkah hidup yang Eng- kau berikan kepada kami.

Dengan nama-Mu aku meng- ucapkan syukur alhamdulillah,” jawab bapak itu. “Sungguh menarik, Pak. Lalu …?” tanya Zul. Bapak itu menjawab, “Apa yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan.

Semakin saya menerima suratan hidup dengan syukur, semakin keajaiban terjadi sampai sekarang.” Setelah pertemuan itu, Zul mulai melatih sikap ber- syukurnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan