JABAR EKSPRES-Tersebutlah seorang pedagang asongan bernama Zul. Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat naik KRL jurusan Kota di Stasiun Bekasi untuk membeli barang dagangan yang akan dijualnya di pinggiran sekolah atau mal.
Berapa penghasilan Zul? Tidak menentu, mungkin kita bisa memperkirakan sendiri hasil dari berdagang. Suatu hari, setelah belanja dari Pasar Pagi Lama Mangga Dua, Zul hendak menjajakan barang dagangan- nya ke sebuah sekolah dasar.
Meskipun terasa capek, dia tetap memaksakan diri untuk pergi menjemput rezeki- nya. Dia mengayuh sepeda ontel yang selama ini mene- maninya berjualan.
Ketika Zul mendesis karena merasa capek, hujan turun tiba-tiba sehingga membuat jalanan becek. Se- peda yang dikayuhnya terasa berat karena tanah yang menempel di roda. Lalu sepedanya oleng dan byuuurrr Zul terperosok ke parit.
Dagangannya pun jatuh ber- campur air parit yang kotor dan berlumpur. Dia buru- buru menyelamatkan dagangannya, tetapi hampir se- muanya hancur terkena lumpur. “Mengapa … mengapa hidupku selalu begini?!” Zul mulai menggerutu.
Dia menumpahkan kekesalannya dengan mengacak-acak barang dagangannya. Marah, sedih, dan menyalahkan nasib dirinya.
Dalam hari-hari penuh kesedihan, Zul bertemu se- seorang yang dilihat dari penampilannya yang rapi de- ngan mobil yang mengilap-tampak seperti orang kaya. Meskipun begitu, sikapnya baik.
“Dik, apa pun keadaannya, hidup harus disyukuri,” kata bapak itu membuka pembicaraan. Zul menjawab, “Tapi susah, Pak. Bagaimana bisa bersyukur, sedangkan kondisi saya masih seperti ini?!” Bapak itu berkata, “Ya, cobalah latih kualitas syukur- mu. Semua yang terjadi sudah tercatat dalam ilmu Allah.
Syukur atau tidak syukur, sabar atau tidak sabar, tetap saja terjadi. Pilih mana?” “Iya, Pak! Tapi, kok, terus susah begini sepertinya nasib saya, ya,” jawab Zul. Bapak itu berkata, “Susah, sebab kamu fokus pada penderitaanmu.
Memangnya hidupmu hanya ada p deritaan?” pen- “Yaaa… tidak, Pak! Saya masih sehat. Masih bisa makan dengan enak walau dengan lauk seadanya.
Masih punya tempat tinggal,” jawab Zul. “Nah itu, carilah sesuatu yang bisa kamu syukuri, kemudian berbahagialah,” bapak itu menimpali.