BANDUNG – Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) milik Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Senin (13/2), tercatat ada 340 kasus perempuan dan anak di Jawa Barat.
Kasus kekerasan itu tersebar di sejumlah kota dan kabupaten di Jawa Barat. Tertinggi adalah Kota Depok dengan 142 kasus. Berikutnya Bekasi dengan 33 kasus, Bogor dengan 30 kasus, dan berikutnya Kota Bandung 26 kasus.
Berdasarkan tempat kejadian, kasus tertingi terjadi di lingkungan rumah tangga sendiri, dengan jumlah 206 kasus.
Kemudian dari jenis kekerasan yang dialami korban, kekerasan seksual menduduki peringkat tertinggi. Jumlahnya ada 172 kasus.
Pelaku dalam kasus kekerasan itu juga cenderung orang dekat korban. Data Simfoni menyebutkan pelaku tebanyak dalam kasus di Jawa Barat adalah suami dengan 74 kasus, orang tua dengan 45 kasus dan ketiga adalah pacar dengan 43 kasus.
Sementara itu berdasarkan catatan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, serta Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Bandung Barat disebutkan terdapat 14 kasus kekerasan pada perempuan dan anak.
Kasus pelecehan seksual adalah kasus paling menonjol dibandingkan dengan kasus lainnya seperti KDRT, penelantaran, atau trafficking.
“Kita terima laporan dan pendampingan sebanyak 14 kasus sepanjang bulan Januari-Februari 2023. Dominan kasus pelecehan seksual,” jelas Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) DP2KBP3A KBB, Rini Haryani.
Dia menyebutkan, sebanyak 14 kasus yang ditangani itu, empat kasus terbaru sangat memilukan. Masalahnya, korbannya anak-anak di bawah umur.
Kasus pertama terjadi menimpa seorang anak kelas 6 SD di wilayah Kecamatan Lembang. Anak yang masih belia ini sekarang hamil 2 bulan, akan tetapi pelakunya belum diketahui.
Peristiwa miris yang menimpa anak di bawah ini terjadi di kota Bandung, akan tetapi korban merupakan penduduk Bandung Barat
“Untuk kasusnya, saat ini sedang ditangani aparat kepolisian Kota Bandung,” sebutnya
Kemudian kasus yang kedua, terjadi pada seorang pelajar putri kelas 2 SMP di daerah Kecamatan Cikalongwetan. Korban diduga menjadi korban pemerkosaan secara bersama-sama.
“Para pelakunya sendiri, belum diketahui. Saat ini, pihak aparat kepolisian sedang mencari para pelakunya. Begitu juga dengan Pak Camat yang gercep (gerak cepat),” jelasnya