Jabarekspres – Museum Gempa Bumi Kampung Wisata Batu Malakasari mengadakan simulasi bencana gempa bumi yang diikuti oleh belasan siswa dan siswa Sekolah Dasar (SD) di Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (15/2).
Dalam simulasi gempa ini, para siswa dan siswi SD sebelumnya dipertontonkan terlebih dulu mengenai edukasi dan pemahaman jika terjadinya gempa dalam video.
Setelah menonton video tersebut, para siswa dan siswi SD ini langsung memperagakan beberapa peragaan bagaimana jika gempa bumi terjadi.
Terlihat dalam pantauan jika adegan pertama simulasi gempa bumi ini dilakukan didalam ruangan, para siswa dan siswi SD ini kemudian mengikuti arahan dari relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat.
Dalam reka adegan pertama, para siswa dan siswi SD tersebut memperagakan jika terjadi gempa bumi hal yang pertama dilakukan dengan cara menutup kepala mereka menggunakan kedua tangan agar terhindar dari benda yang jatuh dari atap.
Masih di dalam ruangan, di reka adegan kedua para siswa dan siswi SD ini langsung memperagakan jika terjadinya gempa bumi dengan cara bersembunyi dibawah meja atau berlari ke pojok ruangan.
Kemudian, di reka adegan yang ketiga, mereka semua berlari ke luar ruangan dan berkumpul di satu titik.
Selanjutnya, di luar ruangan, mereka pun memperagakan bagaimana jika sedang terjadi gempa dengan menaiki sebuah papan dan seolah-olah dibuat adanya gempa sehingga mereka berdiam diri dan melakukan hal yang sama seperti di dalam ruangan.
Pembina Museum Gempa Bumi Kampung Batu Malakasari, Sarwidi menjelaskan, jika wisata edukasi ini sangat penting diketahui, terlebih di wilayah Jawa Barat sendiri memiliki potensi besar akan bencana tak terkecuali bencana gempa bumi.
“Sangat penting untuk diketahui oleh berbagai usia, karena sebelum terjadinya bencana kita sudah bisa mempersiapkan diri. Apalagi di Jawa Barat sebagian besar wilayah bencana,” ujarnya saat ditemui, Rabu (15/2/23).
Sarwidi menambahkan, wisata edukasi gempa yang dilakukan olehnya saat ini penting dilakukan untuk anak-anak, terlebih dalam rentan usia anak yang masih dini.
Oleh karenanya, pihaknya terus menyarankan agar anak-anak mesti diajarkan tentang proses mitigasi bencana secara mandiri sejak usia Paud, TK dan SD.