Pada saat mendapatkan laporan tersebut, teman-teman yang berada di backstage langsung turun ke area penonton untuk memastikan kejadian tersebut.
“Di situ kita masih belum berpikiran bahwa ada yang meninggal dan kita melihatnya banyak yang pingsan. Tapi setelah kita deketin dan ada beberapa informasi dari teman-teman juga, ternyata ada yang meninggal. Dan dengan posisi ada yang meninggal saja, saya sudah syok, ngeblank, tidak kepikiran apa-apa,” ucapnya.
Beby mengungkapkan, setelah adanya kejadian tersebut band metal termasuk beberapa band lainya sempat dilarang melakukan konser baik di Kota Bandung maupun kota lainnya oleh pihak berwenang.
“Yang jelas pasti ada hambatan (setelah peristiwa AACC) dan ada beberapa band juga yang di banned (dilarang manggung) sama pihak kepolisian. Tapi ini langsung menjadi PR (pekerjaan rumah) kita bersama dan akhirnya lubang (masalah) ini tertutupi oleh temen-temen di komunitas (musik),” ujarnya.
Dari peristiwa itu juga, kata Beby telah mendapatkan pelajaran yang sangat penting bagi sebuah pagelaran konser musik. “tidak bisa menutup mata bahwa kita harus kolaborasi dengan pihak berwenang dan juga pemerintah. Karena mau tidak mau kita tidak bisa berjalan sendiri karena dengan apa yang telah terjadi (tragedi AACC itu harus dikolaborasikan,” ungkapnya.
“Jadi pada saat itu (launchig album Against Ourselves),kita tidak berpikir bahwa konser itu harus ada pemadaman kebakaran, P3 nya. Jadi enggak kepikiran bahwa ambulans itu harus stay. Jadi pola-pola itu telah menjadi PR kita dan sesuatu yang harus kita rubah,” imbuhnya.
Sementara guna memperingati tragedi AACC yang menewaskan 11 orang penonton, Beby mengaku bahwa band-nya selalu menggelar pengajian dan mendoakan para korban.
“Tapi kebetulan untuk tahun ini (tahun ke- 15) kita sedang ada tour dan ini adalah titik terakhir, jadi kita akan undur untuk pengajian-pengajiannya mungkin di Minggu depan karena kita memang sudah mempunyai kewajiban untuk memperingati itu (tragedi AACC),” pungkasnya. (san)