Terakhir, Bima Arya juga menekankan kepada semua pihak tentang penanganan stunting di Kota Bogor. Di antaranya aktivasi tim pendamping keluarga, mendorong kelembagaan posyandu agar betul-betul aktif dan menjadikan posyandu sebagai garda terdepan untuk stunting dan ketahanan keluarga.
Hal itu, kata dia, bisa dengan memasifkan sosialisasi deteksi dan pencegahan pernikahan dini, PKH yang jelas dan evaluasi validasi data serta memaksimalkan urban farming agar bisa menjadi solusi sebagai sumber makanan bergizi.
Berikutnya, sambung dia, aktivasi Dasawisma dipastikan dan angkanya harus realistis dengan konsep sosialisasi dan edukasi yang tepat, serta mudah dimengerti warga.
“Kolaborasi dengan organisasi profesi maupun korporasi dapat dilakukan guna membantu memberikan edukasi serta pembinaan bagi masyarakat,” dorongnya.
“Dari seluruh pencegahan stunting ada satu yang paling menentukan. Berdasarkan persentase strategi dan upaya yang dilakukan dalam percepatan penanganan stunting memperlihatkan gizi spesifik berkontribusi 30 persen, sementara gizi sensitif berkontribusi 70 persen dimana kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dengan sasaran masyarakat umum dan bersifat jangka panjang,” tandasnya. (yud)