JABAR EKSPRES – YouTuber Gitasav kembali viral di media sosial karena statemennya mengenai childfree atau pernikahan tanpa anak.
Dalam pernyataannya Gitasav mengatakan bahwa childfree menjadi salah satu anti penuaan alami yang membuatnya terus awat muda.
“Tidak punya anak adalah anti penuaan alami. Kamu bisa tidur selama 8 jam setiap hari, tanpa stress mendengar anak berteriak, dan kapan kamu akhirnya mendapat kerutan, kamu memiliki uang untuk membayar botox,” kata Gita.
Gitasav bersama suaminya bernama Paul Partohap memutuskan untuk childfree dalam pernikahannya yang sudah berlangsung selama 5 tahun.
Dari pernyataannya tersebut membuat banyak netizen berkomentar mengenai pro kontra childfree yang diputuskan oleh Gitasav dan suaminya.
Tak sedikit yang berkomentar kontra, termasuk netizen yang berkomentar bahwa Gitasav memutuskan childfree karena mandul.
Komentar Netizen
“Wadon mandul,” tulis komentar @fiks***s.
“Sok inggris lu @gitasav, bilang aja lu mandul,” kata @riy***id.
Komentar lain juga datang dari netizen yang mengatakan bahwa Gitasav perlu konsultasi ke psikiater.
“Mungkin gak sih dia atau suami ada yang mandul sehingga nutupin buat childfree? Gue belum menikah, tapi ngebayangin punya anakn tuh udah dari sekarang. Kaya ntar representasi gue dan suami ya ada di anak. Orang-orang bakalan tau gue dan suami ya lewat anak gue. Sorry not sorry, tapi @gitasav butuh ke psikiater sepertinya,” kata @suns***00.
“Git lu chidfree gara-gara mandul? Maaf kalau kesinggung,” ucap @afaz***va.
“Bilang aja mandul ribet amat lu,” kata @hing***15.
Dari banyaknya komentar yang kurang mengenakkan dirinya, Gitasav pun memberi komentar yang cukup menohok.
Dalam komentar tersebut dirinya mengaitkan pada sistem patriarki yang ada saat ini.
“Tipikal reaksi orang patriarkis ketika melihat ada perempuan yang tidak mau punya anak adalah ‘AH BILANG AJA LO MANDUL’,” ucap Gita Savitri Devi.
“Kenapa? Karena mereka menginternalisasi ide patriarki bahwa perempuan adalah objek. Bahwa perempuan, udah pasti punya Rahim, udah pasti harus punya anak. Mereka adalah korban-korban ide patriarki yang percaya bahwa nilai perempuan bergantung pada bisa/tidaknya dia punya anak,” ucapnya melanjutkan.