Kasih Inggit Garnasih

Inggit Garnasih ialah salah satu sosok penting di balik kemerdekaan Indonesia. Dengan kasih, dia setia menemani sang proklamator, Soekarno, pada masa perjuangannya.

 

Jadi, bukan tanpa sebab, putri dari proklamator, Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu, mengharapkan, supaya sosok tersebut bisa diperjuangkan jadi pahlawan nasional.

 

Inggit menikah dengan Bung Karno di Bandung pada 24 Maret 1923. Belasan tahun selanjutnya, ia terus membersamai presiden pertama Indonesia itu.

 

Inggit bukan sekadar istri bagi Soekarno. Lebih dari itu, dia adalah sosok ’’ibu’’, kekasih, sekaligus kawan dalam perjuangan.

 

“Inggit hadir pada saat-saat yang paling menentukan. Dia merupakan perpaduan antara maternalitas dan feminitas,” tulis Reni Nuryanti, dilansir dari kolom Halte, koran Jawapos (Edisi 27 September 2020).

 

Penulis Buku Biografi Inggit Garnasih itu, menyebut, sosok mantan istri Bung Karno tersebut mampu menjadi tempat berbagi kala Soekarno dilanda kesulitan.

 

Termasuk menemani dalam masa-masa sulit perjuangan sang proklamator. Pada 29 Desember 1929, saat Bung Karno dijebloskan ke penjara Banceuy. Inggit nekad membantu.

 

Reni merunutkan, dengan beragam taktik, Inggit berhasil masuk penjara untuk mengirimkan pesanan Soekarno seperti uang, makanan, koran, dan buku.

 

“Inggit rela berpuasa selama tiga hari agar bisa menyelipkan buku di dalam kain kebaya yang dikenakannya,” tulisnya. Dari perjuangan itulah, lanjut Reni, lahir teks pidato Indonesia Menggugat.

 

Namun, lama hubungan Inggit Garnasih tak lebih dari 19 tahun saat menemani Soekarno. Rentang 1940-an itu, dirinya menolak dimadu.

 

Masuki tahun 1944, Bung Karno lebih terbang ke Jakarta. Meninggalkan kasih Inggit, menikah dengan Fatmawati. Akan tetapi, Soekarno tetap mengatakan bahwa Inggit adalah ratu dalam hatinya.

 

Reni menambahkan, sejarah juga mengakui bahwa Soekarno tak akan segemilang itu, tanpa pendidikan jiwa dari perempuan yang umurnya hampir 15 tahun lebih tua.

 

“Akhir kisah cinta Inggit Garnasih dan Soekarno adalah sebuah ”tragedi” dalam sejarah,” tulis Reni mengutip sejarawan Anhar Gonggong.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan