JABAR EKSPRES- Fenomena resesi yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada perusahaan dan startup teknologi masih berlanjut hingga saat ini. Tak hanya terjadi pada startup, akan tetapi pada perusahaan besar juga mengalami hal yang serupa.
Sebelumnya, PHK terbesar perusahaan teknologi sudah terjadi pada awal tahun ini mulai dari Amazon yang PHK 18 ribu karyawan. Kabar PHK 10 ribu pegawai perusahaan teknologi multinasional asal Amerika Serikat ini datang dari Satya Nadella selaku CEO Microsoft pada awal tahun ini.
Yang pertama di kabarkan bahwa Salesforce juga melepas 8 ribu staf atau setara 10% dari total karyawannya. Bahkan, Salesforce juga menutup beberapa kantornya. Perusahaan perangkat lunak berbasis cloud itu mengatakan,bahwa PHK akan membuat mereka memangkas biaya besar sekitar US$1,4 miliar hingga US$2,1 miliar. Sedangkan hanya sekitar US$800 juta hingga US$1 miliar yang akan di catat pada kuartal keempat.
Meta juga yang termasuk perusahaan besar di dunia, yang kita kenal sebagai induk dari aplikasi sosial media yang sering kita gunakan, Facebook, instagram, dan whatsaapp ini memangkas 11 ribu karyawan yang berarti 13% dari total keseluruhan pegawainya.
Termasuk perusahaan Google, CEO Google Alphabet Inc sudah mengumumkan akan melepas 12 ribu karyawan atau sekitar 6% dari total karyawan Google di seluruh dunia.
“Jika Anda sebagai kariyawan tidak bertindak dengan jelas dan tegas, kami dapat memperparah masalah dan membuatnya jauh lebih buruk. Ini adalah keputusan yang perlu saya buat,” kata Pichai dikutip dari Google, Selasa (24/1/2023).
Di sambung dengan perusahaan Spotify. Menurut Daniel Ek, CEO Spotify, mereka juga berencana untuk memotong 6% dari total pegawainya, atau sekitar 600 orang.
Beberapa Faktor Penyebab Fenomena PHK Massal adalah sebagai berikut :
- Rekrutmen karyawan besar-besaran selama pandemi,
- Realitas pascapandemi
- Situasi ekonomi dan resiko resesi
Maka dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa resesi ekonomi pada tahun 2023 nyata adanya. Bagaimana menghadapi resesi 2023?