Jabarekspres – Untuk mengantisipasi terjadinya resesi global pada 2023, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero atau BRI telah melakukan pemetaan yang akan berpengaruh pada kondisi Perbankkan di Indonesia.
Direktur Utama BRI Sunarso menuturkan, berdasarkan prediksi kemungkinan terjadi resesi yang menimpa negara-negara maju di eropa, termasuk Amerika Serikat yang kan terjadi pada semester II 2023.
‘’Kondisi ini akan memiliki dampak pada perekonomian global secara agregat,’’ kata Sunarso dalam keterangannya.
Selain itu, kemungkinan terjadi tensi ketegangan geopolitik juga akan saat ini sedang terjadi antara Rusia dan Ukrania, Tainwan dan China. Sehingga Kondisi berpengaruh kepada rantai pasok energi dan pangan.
Selain itu, tejanan inflasi global memberikan pengaruh yag sangat dirasakan oleh seluruh negara di dunia dengan direspon oleh Bank Central menaikan suku bunga akibat resesi global itu.
Sedangkan di Indonesia, dengan sangat terpaksa melakukan penyesuaian dengan mengurangi subsidi BBM sehingga akan berdampak pada kenaikan inflasi di dalam negeri.
Kasus Covid-19 di China juga kembali meningkat sehingga dikhawatirkan akan menganggu perekonomian negara itu. Dimana China memiliki pengaruh ekonomi sangat kuat terhadap negara-negara di Asia.
‘’Jadi kalau saya mengutip data dari Bloomberg negara yang memiliki peluang resesi tinggi adalah China, Hongkong dan Australia mencapai 20 persen. Korea Selatan dan Jepang 25 persen, Selandia Baru 33 persen, Amerika Serikat 40 persen sedangkan Uni Eropa 50 persen,’’ tutur Sunarso.
Untuk kondisi perekonomian di Indonesia sendiri patut disyukuri karena nilai probalitasnya hanya 3 persen.
Adapun Indonesia menurutnya patut disyukuri karena probabilitas atau peluang resesi hanya 3 persen. Sebab sejauh ini pemerintah berusha keras melakukan pengendalian Inflasi dengan baik.
“Alhamdulillah Indonesia saya kira ekonomi kita cukup solid dan kemudian peluang terjadinya resesi di Indonesia hanya 3 persen,” ujarnya.
Probalitas yang minim ini ditopang oleh proyeksi makro ekonomi Indonesia yang terus tumbuh positif. Bahkan pada 2023 pertumbuhan diprediksi 4,42 persen-5,04 persen.
Meski perekonomian masih dibayangi dengan ketidakpastian, manajemen BRI sudah merencanakan langkah antisipasi dengan membuat empat skenario perencanaan.
Skenario pertama adalah, jika kondisi ekonomi Indonesia pulih tetapi inflasi tinggi, maka BRI akan melakukan proses write-offs untuk memperoleh recovery rate lebih tinggi yang dilanjutkan dengan mempertahankan coverage ratio.