SELAIN disemarakkan atraksi barongsai, bagi-bagi anpao, ibadah khidmat di vihara, dan kue keranjang. Hujan, ialah pelengkap terakhir dari perayaan Imlek atau hari pergantian tahun baru China, pada setiap tahunnya.
Begitupun perayaan Imlek yang jatuh pada hari Minggu, 22 Januari 2023 ini, tak luput dari guyuran hujan. Namun orang Tionghoa percaya, hari-hari basah di sepanjang momen pergantian tahun, merupakan berkah. Bahkan membawa kekayaan.
Bagi mereka yang percaya, adanya hujan saat awal tahun, berarti menandakan bahwa ada rezeki berlimpah ruah untuk semua orang. Bisa dikatakan, semua orang keturunan Tionghoa senang dengan kondisi seharian mendung dan hujan.
Itu, berdasarkan kepercayaan. Tak ada yang tidak menyukai hujan, bagi mereka yang merayakannya. Lain lagi apabila ditengok lewat pendekatan ilmu pengetahuan, astronomi. Mengapa saat perayaan Tahun Baru Imlek, selalu ada hujan?
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, pergantian tahun baru China yang selalu jatuh pada kurun waktu Desember, Januari, dan Februari, ialah penyebab momen-momen Imlek senantiasa basah.
Diketahui bahwa sepanjang periode tersebut, merupakan puncak dari cuaca musim penghujan. Sebagian besar wilayah Indonesia mengalami periode basah itu, khususnya Pulau Jawa. Lantas hal demikian adalah jawaban, hari perayaan Imlek yang selalu hujan.
Termasuk tahun ini, intensitas curahnya, kian meninggi bertepatan saat hari perayaan. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut, Imlek yang jatuh pada tanggal 22 Januari 2023 pun, berpotensi hujan.
“Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat tidak merata perlu diwaspadai di sebagian wilayah,” katanya.
Walakhir, pada hari pertama tahun baru China yang berzodiak Tahun Kelinci Air ini, pepatah ‘sedia payung sebelum hujan’ memiliki arti secara harfiah. Benar-benar mesti disediakan. Karena ada Imlek, ada hujan.