Tri Dharma

“Kelenteng kami harus pasang banyak dewa. Agar permintaan apa saja bisa disampaikan ke dewa yang terkait,” katanya.

“Permintaan orang itu kan macam-macam. Ada yang minta kaya, minta sehat, minta panjang umur, minta anak, minta jodoh, dan banyak lagi. Masing-masing ada dewanya,” katanya.

Kelenteng Gudo punya lebih dari 20 dewa. Sekarang lagi membangun lagi satu ruangan sembahyang. Dewa-dewanya sudah didatangkan. Tinggal dipasang. Terlalu banyak yang datang ke Gudo. Yang ada sekarang tidak cukup lagi. Masih akan ditambah dengan dewa yang lain lagi.

Tony juga lagi mempersiapkan untuk ikut festival budaya di Malioboro, Yogyakarta. Ia akan arak sebagian dewa kelenteng Gudo di festival itu.

Tapi kenapa sampai papan nama kelenteng itu digergaji? Tidak eman-eman?

“Saya gergaji sedikit saja kok. Untuk divideo saja. Kayunya baik. Kayu kuno. Sayang kalau dirusak,” ujar Tony yang juga dalang wayang Potehi.

Imlek datang lagi akhir minggu ini. Tri Dharma titip nasib baik untuk bisa bersatu kembali. (Dahlan Iskan)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 18 Januari 2023: Ngaji Wagiman

Hendri Ma’ruf

MasyaAllah. SubhanAllah. Di tengah artikel mata saya menjadi basah. Saya teruskan membaca. Menjelang akhir artikel ada rasa sedikit asin di rongga mulut saya. Mengetik komentar ini hidung saya sedikit basah. Rasa haru memeluk jiwa saya.

 

thamrindahlan

Salam Takziem Haji Wagiman Pak Haji jadi contoh teladan Bagi peranrau agar bekerja keras Jujur dan selalu ingin belajar Saya jadi ingat pesan Datuk di Minangkabau ketika anak kemenakan ingin merantau ke Ibukota Jakarta.. Jika buyung pergi kelapau/ Hiu beli belanak beli/ Ikan panjang belu dahulu/ Kalau buyung pergi merantau / Ibu cari dunsanak cari/ Induk semang cari dahulu/ Induk semang : majikan

 

AnalisAsalAsalan

Saya punya usul untuk pondok ini, Abah. Asumsi saya mondok 6 tahun target hafal 30 juz. 1. Sejak awal (SMP) dipisahkan apakah selain hafal Al-Qur’an ingin jadi ustadz (kuliah agama) atau kuliah umum. 2. Jika ingin kuliah umum, maka: a. Tidak perlu hafalan kitab seperti ‘imrithy, alfiyah, tashrif, dll, cukup paham saja. Berat sekali kalau juga harus hafalan banyak kitab. b. Kurikulum sekolah ikut Diknas (seperti SMPN dan SMAN), tidak perlu banyak pelajaran agama, toh sudah dapat di pondok. Mengapa? Karena persaingan masuk PTN ketat banget. Kecuali targetnya yang penting kuliah umum, di swasta juga tidak apa-apa. Ini lebih ringan. c. Untuk SMA, contoh saja metode MA Unggulan Amanatul Ummah Pacet yang diasuh KH. Asep Saifuddin Chalim, yang pernah diundang Abah podcast. Namun, perlu diingat, yang masuk juga lewat tes, jadi sudah siswa pilihan. Kalau bukan siswa pilihan, maka tugas sekolah memilihkan PTN yang sesuai. Jangan target PTN favorit kalau bahan bakunya kurang bagus. Semoga bermanfaat. Amin.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan