“Di kasih honor 1.500 per bulan, ia bekerja membuat patung seperti buaya, babangkongan, mengukir di batu cadas, kemudian dipahat dan dibuat patung, seperti patung bubutaan,” jelasnya.
Entun juga menyebutkan bahwa Chutbani itu merupakan murid dari pemahat patung pentolan Lekra yang terkenal yaitu Hendra Gunawan.
Hendra Gunawan (11 Juni 1918 – 17 Juli 1983) merupakan salah satu pelukis dan pematung yang masuk Lekra pada tahun 1955.
Dalam Seri Buku Tempo, Lekra dan Geger 1965 (2014) disebut Hendra sebagai pendiri Sanggar Pelukis Rakyat di Yogyakarta, dan di sana pelebaran sayap Lekra di Yogyakarta diadakan.
Saat Jabar Ekpres menginformasikan pada penulis Lekra tidak Membakar Buku, Muhidin M Dahlan, ia menyebut Hendra Gunawan sebagai maestro patung pertama di Indonesia.
“Hendra maestro pematung batu. Patung batu pertama Hendra adalah patung Panglima Besar Sudirman yg masih berdiri di depan gedung DPRD Jogja,” ucap Muhidin saat dihubungi oleh Jabar Ekpres.
Jadi bisa dipastikan ada hubungan antara Chutbani dengan Hendra Gunawan, entah sebagai murid dan guru, “Siganamah muridna (kayanya muridnya),” kata Entun.
Entun bercerita, selama dengan Chutbani dirinya tidak begitu banyak mengobrol politik. Dia hanya mengingat kenangan jalan-jalan dengan Vespa tahun 60-an untuk menonton bioskop yang ada di Braga. “Gak pernah ngomongin politik,” katanya.
Tapi karena kedekatan itu, pada sekitar tahun 1973, Chutbani ditangkap, dia Lekra dan tapol kelas B. Naasnya, istri Entun juga ditangkap dan dituduh sebagai Gerwani.
Tuduhan itu dihembuskan oleh orang yang memasukkan sang istri ke kubangan jahanam atau germo. Di mana Entun menyelamatkan sang istri tercinta dari tempat lokalisasi dan karena cinta ia menyelamatkan sang istri dari tuduhan Gerwani.
Presiden Joko Widodo pada Rabu (11/1/23) mengakui adanya 12 pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di Indonesia, dan poin pertama yang disebutkan yaitu peristiwa 65-66.
Entun menonton pernyataan presiden Joko Widodo itu lewat televisi di rumahnya. “Bukankah istri bapak juga menjadi korban?” tanya kami pada Entun. “Saya rasa itu soal pribadi saja,” jelas Entun.
Dirinya kembali mengingat cerita lama bahwa pada tahun 1965 pasca tragedi G30S banyak menjatuhkan korban. “Waktu itu saya lagi pakai sepeda di Lembang, banyak yang katanya anggota dan simpatisan PKI yang ditangkap,” tutur Entun.