TIDAK diragukan lagi ketika kita ditanya apakah kita seorang Muslim, pasti akan menjawab : “Ya, saya adalah Muslim…”
Namun pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri, sudah layakkah disebut sebagai seorang Muslim.
Tentunya sebelum mengaku, harus kita evaluasi terlebih dulu, sudahkah memiliki ciri atau karakter yang menunjukkan diri sebagai Muslim.
Muwashofatal daripada perkataan akar (wa-sho-fa) yang membawa maksud ciri-ciri atau watak atau rupa diri. Manakala muwashofat adalah pelaku kepada perkataan (wa-sho-fa) atau disebut sebagai (fai’l) yang bermaksud penyerlahan watak secara khusus.
Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud dalam buku yang berjudul terjemahan ‘peringkat-peringkat tarbiyah ikhwanul muslimin’ mendefinasikan tarbiyah ialah cara ideal berinteraksi dengan manusia untuk mengubah mereka dari satu keadaan kepada keadaan yang lebih baik.
Muwashofat tarbiyah ialah ciri-ciri ataupun peribadi yang perlu ada pada seorang seorang muslim.
“kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (kerana kamu) menyuruh (berbuat ) yang maaruf dan mencegah daripada yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli ktab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakkan mereka adalah orang fasik” (Ali-Imran :110)
Inilah 10 KARAKTER MUSLIM ( MUWASHOFAT TARBIYAH ) minimal yang seharusnya ada pada diri seorang Muslim, seperti yang pernah disampaikan oleh Asy Syahiid Syaikh Hasan Al Banna :
1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahihul Ibadah