Jabarekspres– Para pembudidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di perairan Waduk Saguling mulai mengecilkan tebar benih untuk menghindari pontensi kerugian akibat kematian massal.
Laporan kematian massal ikan KJA ini terjadi di beberapa daerah seperti Waduk Jatiluhur, Purwakarta dan Waduk Kedung Ombo, Boyolali.
Ketua Paguyuban Gabungan Baraya Saguling (GBS), Asep Elep mengungkapkan jumlah pengurangan tebar benih ikan oleh peternak KJA Saguling mencapai 50-70 persen.
“Misalnya dari 10.000 ekor. Sekarang ditekan jadi hanya 5.000 ekor. Dengan cara ini, kalau pun kita kena imbas kematian massal, ruginya gak terlalu besar,” jelas Asep, Kamis (14/1/23).
Asep juga mengatakan Karena sudah ada laporan kematian massal ikan di beberapa tempat, langkah pengurangan benih ini dilakukan berdasarkan pengalaman pembudidaya ikan dan merujuk kalender prediksi kematian massal ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Dalam kalender ini diperkirakan Bulan November sampai Maret masuk waktu bahaya. Artinya potensi kematian massal sangat besar selama 5 bulan ini.
Alasannya karena cuaca ekstrem dan fenomena umbalan (upwelling) yaitu peristiwa naiknya air bagian dasar waduk ke permukaan yang membawa senyawa beracun.
“Hasil laporan temen-temen peternak untuk fenomena upwelling di Waduk Saguling memang sudah terjadi Desember. Tapi jumlah kematiannya gak besar, dari satu petak, yang mati paling 10-15 persen atau sekitar 15 kilogram,” kata Asep.
Tidak hanya mengurangi tebar benih, pembudidaya terpaksa memanen ikan yang mulai agak besar supaya terhindar dari kematian. Selain itu, mereka juga menyediakan mesin sirkulasi air bagi kolam yang terdapat benih.
“Dengan kondisi ini memang dampaknya harga ikan hingga Maret bakal meningkat, karena petani belum panen. Tapi itu gak masalah, yang penting kita berharap kematian massal gak signifikan,” tutupnya**(mg1/yan)