KABUPATEN BOGOR- Kehadiran imigran yang terus bertambah banyak membuat warga puncak Kabupaten Bogor geram.
Bukan karena merasa terganggu, akan tetapi hingga saat ini belum ada kejelasan dari Pemerintah Pusat mengenai pemindahan imigran tersebut.
Saat ini sebanyak kurang lebih 3.500 imigran berada baik di Kabupaten Bogor maupun di Kota Bogor yang berasal dari negara Afganistan, Pakistan, Sri Lanka dan Iran.
Aktivis Masyarakat Adat Puncak (MAP), Chaidir Rusli kepada JabarEkspres mengatakan, para imigran tersebut sudah berada di kawasan Cisarua, Kabupaten Bogor sejak 13 tahun yang lalu. Untuk itu dirinya bersama masyarakat Cisarua meminta kepada pemerintah untuk segera memindahkan imigran ke negara ketiga.
“Kalo terganggu sih tidak ya, karena kami sudah terbiasa kehadiran orang luar, karena daerah kami daerah pariwisata. Hanya saja kami dengar imigran ini tidak semuanya di backup oleh UNHCR, jadi nanti akan jadi problem di kami ketika mereka sudah kehabisan Sandang, Pangan dan Papan nya,” katanya.
Kendati demikian, dirinya bersama masyarakat siap mengawal pemindahan para imigran itu saat akan dikirim ke negara ketiga seperti Australia maupun Kanada.
Belum lama ini, pria yang kerap disapa mang Iding ini melakukan rapat bersama instansi terkait dan pihak UNHCR untuk menanyakan kejelasan mengenai penempatan para imigran di Kawasan Puncak dan aoa tujuannya.
“Kita cuman mempertanyakan kepada pemerintah sebetulnya mereka ditempatkan di Cisarua itu, tujuannya apa? Apakah mereka hanya sementara atau apa, waktu itu sudah ada pembahasan mau dikirim ke negara ketiga Australia,” tambahnya.
Namun, negara Australia telah menutup untuk para imigran, akan tetapi negara Kanada membuka dengan syarat membayar uang jaminan sebesar Rp 200 juta. “Nah ini harus seperti apa, tentunya pemerintah harus hadir untuk menemani masalah mereka,” lanjutnya.
Lebih lanjut Chaidir Rusli menambahkan, masalah imigran yang ada di negara Indonesia juga berdampak pada kehadiran imigran di wilayah cisarua.
“Karena mereka bagian dari permasalahan di negara kita, apalagi di cisarua, cisarua ini kan bukan daerah pengungsian seperti di negara Vietnam, kita tempat wisata, gak bisa dicampurkan dengan pengungsian, ” tegasnya.