“Karena Bandung awalnya Aliansi Asia-Afrika, itu harusnya ArtBraga juga diharapkan bisa jadi peristiwa seni Internasional juga,” lanjutnya.
Di tengah rintik hujan yang mulai turun membasahi Jalan Braga, Jan berharap, kegiatan ArtBraga bisa menampilkan karya-karya seniman tak hanya lokal namun internasional.
“Ketika kita penat dengan aktivitas, seni itu membuat otak kita lebih frash, bisa membuat kita survive,” tukas Jan.
Sementara itu, Kurator ArtBraga, Rahmat Jumaril menerangkan, pameran pasangan suami istri berdarah Belanda kali ini dikatakan juga Dalam Ruang Korelatif.
“Bahasa seni, tentu melampaui ruang dan waktu. Seperti juga batasan teritorial, tidaklah membelenggu imajinasi dan kedalaman pikiran,” terangnya.
Disampaikan pria bertubuh besar dengan totopong khas Sunda di kepalanya, menjelaskan bahwa seni yang selalu menyelinap di ruang kesadaran dan kepekaan rasa, barangkali akan selalu membentuk dirinya sebagai sebuah fenomena yang tidak mudah terbaca sebelumnya.
“Seperti yang dilakukan oleh Danielle dan Jan Van Den Dobbelsteen pada anak-anak Braga, begitu juga dengan sebagian warga yang ikut berkolaborasi membangaun sebuah kesadaran baru berkait soal nilai-nilai artistik,” jelas Rahmat.
Menurutnya, elaborasi warga Braga, Danielle dan Jan yakni memantik dari ketiadaan menjadi ada, sehingga nilai seni yang diajukan oleh pasangan Belanda itu merupakan bentuk kesadaran seni partisipasi.
“Sajian foto, film dan artefak lainnya dari hasil workshop dengan anak-anak dan warga Braga merupakan hal yang tidak terlupakan oleh kedua seniman,” ucap Rahmat.
“Kedua seniman ini cukup memberi penjelasan pada kita berkait nilai
estetik yang dibangunnya,” tambah sang kurator.
Rahmat memaparkan, korelativitas yang dibangun oleh Danielle maupun Jan pada ruang, seperti galeri atau ruang yang bisa diapresiasi oleh publik, merupakan rasa tanggungjawab atas usahanya
untuk menunjukan pentingnya seni di dalam kehidupan.
“Bagi kedua seniman ini, bahwa penciptaan karya seni semacam membangun ruang kesadaran bagi semua orang,” paparnya.
“Hal itu menjadi konsentrasinya, sebab seni sepertinya menjadi acuan kesadaran kreativitas yang humanitas,” tutup Rahmat.
Masih di lokasi yang sama, Marketing Communication Manager de Braga Artotel, Juwita Agatari menuturkan, pameran yang difasilitasi sebagai dukungan terhadap kesenian.