DENPASAR – Pasar Usaha Kecil Menengah (UKM) di Bali kini tengah kembali bergairah untuk melayani orderan dari luar mapun dalam negeri.
Ya, belakangan ini, UKM yang bergerak di bidang produksi dan eksportir kerajinan tangan, khususnya dari kayu, merasa kewalahan memenuhi permintaan buyer asing.
Namun, banyaknya orderan saat ini bukan tanpa kendala. Para pelaku UKM di Bali mengeluhkan sulitnya mendapatka sumber pembiayaan yang mendukung sistem usaha mereka.
Adapun pesanan kerajinan tangan terutama dari kayu, rotan dan nipah kebanyakan berasal dari negara Eropa. Seperti Yunani, Bulgaria dan Siprus.
Namun pasar Asia seperti Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi juga dinilainya cukup banyak pesanannya terutama sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Untuk volume dari order tersebut setiap tahun (sebelum Covid-19) bisa sampai 10 kontainer per tahun.
Salah satu Owner UKM CV Tri Utami, Ni Made Witari mengaku kesulitan dalam memenuhi permintaan pasar luar negeri adalah pembiayaan.
Ini terjadi karena sentra UKM mitra usahanya harus diberikan down payment (DP) atau uang muka ketika pesanan produk itu berskala besar. Kemudian saat produksi selesai, harus segera dibayar lunas.
Di sisi lain, proses pembayaran dari buyer asing kepada CV Tri Utami kerap tertunda lantaran produk kerajinan pesanannya harus diterima terlebih dahulu dalam kondisi yang baik dan sesuai spesifikasi. Padahal proses shipment (pengiriman barang) ke negara tujuan membutuhkan waktu beberapa hari.
“Masalah utama di perusahaan kami adalah pembiayaan untuk ekspor, jadi per PO (purchase order) itu kami harap ada dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) agar ada kemudahan mendapatkannya,” kata Witari saat ditemui di tempat usahanya di jalan Merak Tohpati, Denpasar, Bali.
Kondisi itulah yang membuat Ni Made Witari kerap kelimpungan ketika pembayaran dari orderan yang satu belum cair namun di saat yang sama datang orderan lain.
“Dari situ, saya berharap ada dukungan pembiayaan yang mudah dan murah dari pemerintah melalui Bank BUMN ataupun lembaga keuangan lainnya, termasuk securities crowdfunding,” ujarnya.