“Menariknya, Indonesia memiliki sebuah keunggulan domestik yang dapat menjadi bagian dari solusi atas permasalahan tersebut yaitu, wellness,” jelasnya.
Teten juga kerap mengaku, bahwa pernah berdiskusi dengan beberapa pelaku wellness. Ia memahami bahwa Indonesia memiliki begitu banyak narasi wellness yang dapat dieksplorasi. Contohnya, Jawa Wellness dan Bali Wellness.
“Beberapa waktu lalu di Tawangmangu, Solo, saya mempraktikkan Beksan dan saya merasakan sekali manfaatnya,” ungkapnya.
Menurut Teten, aktivitas dan program fisik seperti Beksan merupakan bagian subsektor dari industri wellness global dengan nilai setidaknya 828 miliar dolar AS, atau lebih dari Rp12 ribu triliun.
Aspek perawatan tubuh, kecantikan, hingga antig-aging, merupakan bidang wellness dengan porsi terbesar yang tercatat 2021, menurut Global Wellness Institute mencapai 1.083 miliar dolar AS atau sekitar Rp16 ribu triliun.
“Sektor ini mulai banyak diramaikan pelaku brand lokal,” ucapnya.
Sementara produk pangan sehat, organik, nutrisi tinggi, dan penurun berat badan, menempati sektor ketiga dengan porsi terbesar dengan nilai global mencapai 702 miliar dolar AS atau lebih dari Rp10 ribu triliun.
Di Indonesia, para pelaku organik terus bertumbuh. Misalnya saja telah berkembang brand lokal yang semakin populer yakni Javara, Lewi’s Organic, dan lain-lain.
“Fakta-fakta tersebut menjadi justifikasi krusial untuk mempersiapkan UMKM masa depan Indonesia yang bergerak di sektor wellness,” terangnya.
Tak lupa, Teten menyampaikan, bahwa pada 1 November 2022 Presiden RI Joko Widodo sudah menandatangani PP Nomor 41 Tahun 2022 yang menetapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur yang bergerak di aspek kesehatan dan pariwisata.
“Saya melihat industri wellness Indonesia memiliki posisi tawar kuat untuk dapat mengoptimalkan KEK Sanur ini dengan baik,” pungkasnya.