Dirinya melihat, usaha yang dilakukan secara bersama dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa mengurangi potensi-potensi masyarakat yang sakit karena kekurangan pahaman tentang pola hidup sehat.
“Dengan demikian harapan dan target yang ingin dicapai yaitu zero kasus baru stunting di Kota Bogor bisa berjalan,” harapnya.
Sementara itu, Kepala DPPKB Kota Bogor, Rakhmawati menerangkan, kegiatan Diseminasi AKS bertujuan mengidentifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok tertentu, mengetahui penyebabnya, menganalisa faktor risiko penyebab sebagai penanganan kasus serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan tata laksana kasus dan upaya pencegahan yang harus dilakukan.
Baca Juga:Dispora Kabupaten Bogor Ajukan Rp83 Miliar untuk Bonus Atlet Porprov dan PepardaDitetapkan Sebagai WBTB, Disparbud Akan Usulkan Buat Monumen Patung Silat Cimande
“Kelompok tertentu maksudnya adalah mereka yang berisiko stunting agar zero stunting atau berusaha sebisa mungkin orang-orang yang diintervensi sekarang tidak menjadi stunting berikutnya,” jelasnya.
“Ada empat yang kita audit, yaitu ibu hamil, ibu pasca melahirkan, anak usia di bawah dua tahun (baduta) dan calon pengantin (catin). Jadi kegiatan tersebut adalah tahap ke enam, hasilnya akan dilaporkan ke provinsi untuk ditindaklanjuti di tingkat nasional,” urainya lagi.
Dalam implementasi untuk mencapai tujuan pencegahan penambahan kasus stunting, sambung dia, selain intervensi yang dilakukan secara bersama dengan pihak terkait, juga melibatkan para pakar untuk mendampingi, seperti dokter anak, ahli gizi, ahli kandungan dan psikolog.
“Diharapkan ke depan tidak ada penambahan stunting baru atau menuju zero kasus. Untuk aparatur di wilayah, kondisi gizi dan kesehatannya masyarakatnya agar menjadi perhatian,” serunya.
Diakhir Rakhmawati menambahkan, dari tahun ke tahun angka stunting Kota Bogor ada penurunan. Saat ini secara nasional di angka 16,9 persen, namun dari bulan penimbangan balita kemarin ada penurunan di angka 3,25 persen di usia balita.
