Tal hanya itu, Zamaludin menduga ada permainan dalam pemberian subsidi kedelai tersebut. Bahkan kata dia, Kopti selaku penyalur subsidi, telah menaikan harga kedelai terlebih dahulu.
“Ini enggak tahu kemana uangnya. Jadi nyampenya ke konsumen enggak Rp 1.000. Jadi ini di-up (naikan) dulu harganya sama Kopti,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Kadisdagin) Kota Bandung, Elly Waslian menyampaikan, Kemendag telah mengeluarkan program pemberian bantuan penggantian selisih harga pembelian kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe.
“Pemerintah memberikan subsidi Rp 1.000/kg lewat Bulog sebagai stabilisator. Mekanismenya Kopti Kota Bandung yang beranggotakan para perajin tahu dan tempe membeli kacang kedelai di Bulog. Kacang ini Bulog beli dari importir,” paparnya.
Program subsidi ini sudah masuk tahap kelima. Tahap pertama dilakukan bulan April lalu. Kemudian, Oktober ini telah masuk tahap kelima.
“Sudah ada 576 perajin tahu tempe yang terdaftar di Kopti. Para pengrajin ini Insyaallah yang akan mendapatkan subsidi,” paparnya.
Terpisah, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, naiknya harga kedelai yang berimbas pada perajin dan tempe, diakibatkan situasi ekonomi global.
Penyebab kenaikan harga kacang kedelai antara lain karena Indonesia masih mengandalkan kedelai impor dari Amerika Serikat, Kanada, Brazil.
Terlebih kondisi Ukraina, salah satu pemasok impor kacang kedelai, saat ini sedang tidak kondusif. Kegiatan ekspor dan impor pun mengalami gangguan.
“Ukraina sebagai penghasil gandung sama kedelai juga, setidaknya sekarang itu dengan situasi global ini (biaya, red) transportasi juga mahal,” ungkap Yana di Balaikota, Jumat (14/10).
Melihat situasi tersebut, lantas dirinya meminta, para perajin tahu tempe menahan diri dan tidak melakukan aksi mogok produksi.
“Kalau saya berharap tidak usah mogok. Toh, kami juga memberi subsidi Rp 1.000. Sudah jalan. Dari pemerintah pusat,” tandasnya. (san/zar/tur)