Dodit menjelaskan, pasar pasisian leuweung berada di tanah milik negara. Yang dikelola oleh UPTD Sertifikat dan Perbenihan Tanaman Hutan (SPTH) Dinas Kehutanan Jawa Barat. Maka dipergunakan agar dapat bermanfaat dan tidak terbengkalai.
“Kita merawat aset yang harus dimanfaatkan dengan baik. Kalau dibiarkan bisa terbengkalai dan tidak ada hasil,” jelas dia.
“Semangat kita: Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera. Jadi bagaimana masyarakat mau menanam pohon dan bisa menghasilkan yang sama dengan itu,” tambahnya.
Selain itu, dia menyatakan, pasar leuweung dibuka satu bulan sekali. Kali ini merupakan yang kedua. Untuk pertama, saat penanamam pohon sekaligus meresmikan pembangkit listrik tenaga angin dan surya pada (28/7) lalu.
Dodit menyebutkan, setiap penyelenggaran pasar leuweung langsung di evaluasi. Tujuannya untuk melengkapi dan memperbaiki supapa setiap pelaksanaan kedepannya terus mengalami perbaikan.
“Kita jalan terus, setiap pelaksanaan kita evaluasi. Kan waktu pertama bukan seperti ini. Sekarang harus bayarkan. Berbeda dengan yang pertama di gratiskan sepuasnya. Ditambah ada jembatan baru, lapak-lapak baru sama disediakan tempat WC,” ujar dia.
Menurut dia, bagi orang sekitar lahan perhutanan merupakan hal yang biasa. Akan tetapi, bagi yang di kota menjadi sesuatu yang luar biasa. Udaranya, lingkungannya sehingga diyakini menghapus penat.
“Makannya pasar leweung ini merupakan suatu media pedagang langsung dengan pembeli dan wisatawan,” hematnya.
Dia menerangkan, tugas pemerintah memberikan kepada masyarakat untuk bisa mendapatkan akses langsung kepada pasar. Sehingga kedepannya, bisa menjual hasil panennya oleh petani sendiri.
“Jadi bentuk idealnya, kalau misalkan produk hutan dijual masyarakat akan semangat menanam. Kalau semangat menanam produksinya pasti tambah banyak,” tandasnya.(win)