JAKARTA – Salah satu korban selamat tragedi Kanjuruhan Febiola Rahmawati, 16, harus menanggung penyakit baru akibat menghirup gas air mata kadaluwarsa.
Febiola merasakan sakit di bagian dada setiap 7 menit sekali, juga tenggorokannya serasa gatal dan memicu batuk.
Suara batuk yang keluar pun terdengar sedikit berbeda dari batuk biasa. Melengking seperti ada sesuatu di dalam saluran pernapasannya. Mirip seperti orang yang terjangkit bronchitis.
Sisa gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat tragedi Kanjuruhan pekan lalu masuk ke dalam paru-parunya.
Parahnya, di separuh paru-paru bagian kiri itu sudah muncul flek putih. Hasil rontgen tertanggal 6 Oktober di tangannya menjadi bukti bahwa gas yang mengandung zat kimia itu terhirup cukup banyak.
Kini, siswi SMKN 6 Malang itu hanya bisa beristirahat di rumah selama sepekan. Dia yang seharusnya bisa kembali ke sekolah, terpaksa izin untuk sementara waktu. Baginya itu tak masalah. Sebab, dia harus pulih 100 persen terlebih dahulu.
Tak hanya mengalami gangguan paru-paru, rasa trauma masih menghinggapi Febi. Bagaimana tidak, dia yang menonton laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya itu menjadi saksi gas air mata mendarat di tribun selatan. Febi yang menonton dengan pamannya ikut panik. Saking paniknya, dia sempat pingsan sebelum turun untuk keluar dari stadion.
“Waktu itu saya digotong paman dan temannya,” kenang warga Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang itu.
Saat sadar dari pingsan, Febi sudah melihat kepulan asap dari gas air mata. Mata pun jadi perih, membuatnya harus terus memejamkan mata.
Bahkan ada aroma seperti bubuk cabe yang cukup panas jika dihirup. Belum lagi teriakan anak kecil dan ibu-ibu membuatnya semakin panik. Dalam kondisi seperti itu, Febi hanya bisa terus menggenggam erat tangan sang paman. Jangan sampai lepas.
Satu momen lain yang juga disaksikan Febi, solidaritas Aremania untuk saling membantu sangat tinggi. Bahkan untuk meminimalkan efek gas air mata yang dirasakan Febi, ada satu Aremania yang mengoleskan pasta gigi ke kantung matanya. “Waktu itu rasa perihnya agak berkurang,” jelasnya.