Bahkan, ia mengatakan bahwa tim bentukan Mahfud MD ini lebih baik tidak memberikan tempat bagi Polri untuk terlibat.
“Sebab, kalau Polri masih rawan tuduhan (pihak bertanggungjawab atas kematian ratusan korban di Kanjuruhan), lah masa Polri itu punya kemungkinan salah juga, masa dia juga yang memimpin penyelidikan,” kilahnya.
Sampai titik itu, Mbah Nun kemudian menyentil penggunaan gas air mata pihak kepolisian dalam mengamankan kericuhan di Stadion Kanjuruhan kemarin.
“Sekarang harus ada pembenahan. Gas air mata itu ‘kan sebenarnya alat untuk apa? Itu ‘kan (gas air mata) mestinya untuk perang, untuk terorisme, bukan untuk suporter sepak bola. Makanya, harus ada pembenahan,” ungkapnya.
Dalam hal ini, Mbah Nun memberikan peringatan keras pada Polri untuk melakukan evaluasi internal.
“Polri sekarang harus merintis budaya mawas diri. Bayangin, mati segitu banyaknya anak-anak kita (dalam insiden Kanjuruhan), itu ‘kan kalau kita enggak mawas diri bisa terulang lagi,” kata Cak Nun.
Dengan kata lain, Polri harus membenahi anggota-anggotanya agar bisa melaksanakan tugas, dalam hal ini tugas pengamanan sepak bola, dengan sesuai prosedur hukum. Salah satunya adalah prosedur penggunaan gas air mata.
“Polisi yang menembakan gas air mata di dalam stadion itu mungkin pasti salah. Gas air mata boleh ditembakan di mana, boleh disemprotkan di mana, ‘kan seharusnya itu ada aturan mainnya,” Mbah Nun menambahkan.
Pembenahan prosedur penggunaan gas air mata ini adalah hal yang darurat yang mesti Polri segera lakukan.
“Jangan sampai suporter sepak bola disamakan dengan teroris,” ungkap Emha.
Dalam arti luas, di sini Emha Ainun Najib mempertanyakan orientasi pengamanan yang dilakukan pihak kepolisian.
“Pengamanan itu adalah dengan cara yang tidak violent, tidak dengan kekerasan, tidak dengan kekejaman,”
Baginya, orientasi pengamanan pihak kepolisian adalah seharusnya peredaan dan penghentian. Meredakan dan menghentikan. Menjadi air atau kain basah, dan bukan menjadi minyak dalam memadamkan api.
“Nyawa yang sudah diambil oleh para malaikat itu (korban insiden Kanjuruhan) harus kita hormati. Kita junjung supaya mereka berguna untuk kelanjutannya bangsa Indonesia. Jangan sampai mati mereka sia-sia,” ugkap Emha.