Menurut Risa, jika memang harga BBM perlu dinaikkan, dirinya tak masalah. Akan tetapi, kebijakan tersebut harus diikuti dengan harga jual yang stabil.
“Artinya harga jual bagus, jadi enggak apa BBM naik yang penting bisa seimbang pendapatan dengan biaya produksi,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung, Tisna Umaran membenarkan, saat ini harga pangan sedang tak stabil, walapun menurutnya masih pada kategori aman.
“Masalah pupuk subsidi juga memang saat ini bahannya banyak yang kosong. Kita upayakan juga koordinasi terkait itu,” tuturnya.
Tisna mengaku, sebagai upaya, pihaknya tengah menyiapkan beberapa solusi atas keluhan para petani.
“Salah satu yang disiapkan yakni dengan memotong jalur distribusi dari petani ke konsumen,” katanya.
Menurut Tisna, selama ini permasalahan anjloknya harga jual hasil tani memang menjadi satu persoalan, sebab tidak stabilnya itu dirasa kurang adil bagi para petani.
“Harga jual produk yang dirasakan petani sangat berbanding terbalik dengan harga yang beredar di pasar-pasar tradisional maupun modern,” ujarnya.
Tisna menjelaskan, pihaknya akan mengadakan sosialisasi ke para petani di Kabupaten Bandung mengenai bagaimana cara memotong jalur distribusi, sebagai solusi masalah tidak stabilnya harga jual dengan biaya produksi.
“Ada kasus seperti ini, petani jual bawang merah Rp17 ribu ke bandar, sampai di pasar harganya jadi Rp35 ribu hingga Rp40 ribu, itu jauh sekali,” jelasnya.
Inovasi memotong jalur distribusi diharapkan menjadi solusi, agar petani bisa jual hasil panen langsung ke konsumen.
“Jadi harga jual produk bisa dinaikkan, disisi lain konsumen bisa membeli dengan harga yang lebih murah dari harga yang ada di pasaran,” imbuhnya.
Tisna menyampaikan, proses tersebut akan dilakukannya secara bertahap, sehingga bisa memberi stimulus keseimbangan harga komoditas dari petani dan juga pasar.*** (Bas)