Apalagi Vivo adalah perusahaan global dengan jaringan di seluruh dunia dan pabrik penyulingan tersebar, termasuk di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
“Bisa saja induk Vivo punya anak perusahaan yang lincah: bisa membeli bahan baku dari Iran atau Rusia. Yang Anda pun sudah tahu: harganya jauh lebih murah,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran Vivo ini bisa membuat pemerintah berada dalam dua kondisi berbeda.
Diuntungkan karena rakyat punya pilihan atau malah makin terpojok.
Sebab, BBM yang dijual Vivo adalah BBM yang tidak mendapat subsidi tapi ternyata bisa dijual lebih murah.
“Vivo memang baru punya satu SPBU tapi kehadirannya sudah serasa 1000,” tandasnya. (pojoksatu-red)