yea aina
Genre tulisan hari Minggu, terpaksa tergeser di hari ini. Atau mungkin karena penyelesaian kasus duren 3 yang ruwet sekaligus mbulet, hingga Abah menganggap topik duren 3 bakal sepele saja. Bola apinya bakal padam sendiri, karena sinetronnya sudah berjilid-jilid.
Johannes Kitono
Bravo buat Alfonso Indra Wijaya ( AIW ) yang telah berhasil menjodohkan 200 pasangan untuk menambah populasi Taiwan yang hanya 23 juta. Konon ada 2 jenis bisnis yang selalu menikmati fasilitas ” Tax Holiday ” didunia , yaitu Mak Comblang dan Fortune Teller. Susah dicari pasal yang tepat untuk menentukan tarifnya.Memang pasti masuk bidang jasa, tapi baik klien maupun Suhu atau pawang tidak selalu terbuka. Masing masing harus menjaga rahasia suksesnya. Konon pernah ada gedung bank Internasional di Hongkong yang gagal di bangun bukan karena menyalahi aturan IMB, tapi justru menurut Fortune Teller menyalahi aturan Hongsui. Mungkin kalau dipaksa bangun juga bank tersebut akan penuh dengan NPL atau tempat mafia narkoba cuci uangnya. Kalau fortune teller bisa punya klien bank Asing, silahkan tebak sendiri biaya konsultasinya. Dulu bank asing di Jakarta selalu mengundang ahli Hongsui sekelas K H H dengan tarip Rp.50 juta. Mulai jam 10.00 – 12.00 , lunch dan dilanjutkan dengan sesi Q A selama 1jam. Bagian yang menarik justru di sesi Q A. Pembicara akan menjawab secara normatif dan untuk pertanyaan yang spesifik tidak akan langsung dijawab. ” Maaf, pertanyaan itu bagus tapi tidak bisa dijawab tuntas di forum ini “, kata konsultan Hong Sui tsb. Tentu si penanya penasaran dan janji ketemu lagi dengan pembicara untuk menuntaskan masalahnya. Seminar seperti ini selalu penuh oleh peserta dari Pasar Pagi, Glodok dan Asemka. Sayang sekali, sampai hari ini belum ada Akademi Hongsui di NKRI
Bahtiar HS
Makcomblang adalah orang yang berperan menjodohkan dua insan hingga terajut tali pernikahan. Mandarin Everyday alias Bung Alfonso Indra Wijaya sudah berhasil menjodohkan 200 pasangan lintas negara. Ironisnya dia tetap disebut “Makcomblang”; kok bukan “Pakcomblang” atau “Kohcomblang”. Atau kalau memang itu istilah pada mulanya dari kebudayaan Betawi, kok nggak ada “Babecomblang” gitu misalnya. Penasaran saya googling asal muasal Makcomblang, tapi tidak ketemu juga. Hehehe