Stunting di Kabupaten Bandung Jadi Perhatian KPAD

JabarEkspres.com, SOREANG – Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bandung klaim saat ini tengah lakukan pendalaman tak hanya terkait kekerasan, namum mengenai stunting.

Ketua KPAD Kabupaten Bandung, Ade Irfan Al Anshory, mengatakan bahwa perhatian terhadap anak tidak sebatas jika terjadi perkara kekerasan atau perundungan.

“Ranah lainnya juga seperti pertumbuhannya, kemudian sosial anak juga,” kata Irfan pada Jabar Ekspres belum lama ini.

Dia menerangkan, pihaknya sekarang tengah menjalin kerja sama dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung.

Irfan melanjutkan, koordinasi tersebut bertujuan untuk membahas tentang kesehatan dan pertumbuhan anak.

“Kami sedang meneliti tentang stunting juga ke Dinkes, karena kami ranahnya (cukup) banyak, bukan hanya kekerasan saja,” terangnya.

Irfan mengaku, penelitian yang tengah dilakukan bersama Dinkes untuk saat ini belum sampai ke tahap eksekusi terkait pertumbuhan dan kesehatan anak.

Dia juga menyampaikan, mengenai data persentase barapa banyak anak yang mengalami dan berpotensi stunting di Kabupaten Bandung masih dalam proses pendataan.

“Untuk data stunting sedang kami minta, kami ajukan suratnya, sudah dilayangkan ke Dinkes, supaya sinkron data dari Dinkes berapa,” ujarnya.

“Nanti kalau sudah ada dari Dinkes data stunting, kami akan beritahukan sejelas-jelasnya,” tambah Irfan.

Sementara itu, dia menjelaskan, perhatian pada pertumbuhan anak saat ini, perlu disesuaikan dengan kemajuan teknologi informasi.

“Karena berkembangnya digitalisasi jadi salah satu faktor menurunnya pengawasan terhadap anak,” jelasnya.

Irfan mengakui, abainya pengawasan dan kepekaan terhadap masa pertumbuhan anak di era digital saat ini, cukup memprihatinkan.

Menurutnya, pengawasan anak yang dinilai menurun jadi masa krisis bagi anak-anak, sebab mereka tak sadar jika kekerasan bisa mengancam siapa saja dan kapan pun.

“Perhatian dari guru di sekolah dan keluarga khususnya orang tua, untuk saat ini banyak yang acuh terhadap pola membimbing anak,” ucapnya.

“Walaupun enggak semua, ya. Beberapa saja, tapi memang tidak sedikit yang timbul (perkaranya),” lanjut Irfan.

Menurutnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan guna menekan kasus kekerasan pada anak yakni dengan pengawasan serta pendekatan emosional, baik oleh keluarga juga peran guru di sekolah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan