Kepala Misi PBB untuk Mali, El-Ghassim Wane, mengatakan bahwa sejak awal tahun 2022, beberapa serangan telah menewaskan pasukan penjaga perdamaian berseragam PBB.
Dia mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian dapat merupakan kejahatan perang di bawah hukum internasional dan menegaskan kembali komitmen misi untuk mendukung perdamaian dan keamanan di Mali.
Sejak awal tahun, beberapa ratus warga sipil tewas dalam serangan di Mali tengah dan utara.
Serangan-serangan itu dipersalahkan pada pemberontak bersenjata serta tentara Mali, menurut sebuah laporan oleh divisi hak asasi manusia dari misi PBB di Mali, yang dikenal sebagai MINUSMA.
Misi penjaga perdamaian PBB di Mali dimulai pada 2013, setelah Prancis memimpin intervensi militer untuk menyingkirkan pemberontak yang telah mengambil alih kota-kota besar dan kota-kota besar di Mali utara tahun sebelumnya.
Misi tersebut sekarang memiliki sekitar 12.000 tentara di Mali dan tambahan 2.000 polisi dan petugas lainnya. Lebih dari 270 penjaga perdamaian tewas di Mali, menjadikannya misi penjaga perdamaian paling mematikan di PBB, kata para pejabat.
(Aljazeera)