JAKARTA – Pimpinan Khilafatul Muslimin, Abdul Qodir Hasan Baraja mengklaim sebagian anggotanya orang-orang non muslim.
Pendiri Khilafatul Muslimin itu menegaskan tidak pernah berniat untuk membentuk negara bersistem khilafah.
Menurutnya, negara Indonesia dengan sistem Pancasila satu-satunya yang mencontoh sunnah nabi.
“Tidak ada negara yang sehebat Indonesia, hanya Indonesia yang mengikuti sunnah nabi, seperti Piagam Madinah. Pendahulu kita membuat negara ini ada perjanjian muslim dan non-muslim untuk menjaga Indonesia serangan dari luar,” jelas Abdul Qodir Hasan Baraja.
Atas dasar itu, pihaknya merangkul dan merekerut sebagian non-muslim untuk bergabung dengan Khilafatul Muslimin.
Abdul Qodir mengatakan, konvoi yang dilakukan di beberapa daerah beberapa waktu lalu merupakan bentuk syiar.
Melalui konvoi tersebut, pihaknya membagikan selebaran yang salah satu isinya memberitahukan kepada publik bahwa anggota Khilafatul Muslimin bukan hanya orang Islam, tapi juga non Islam.
“Khilafatul Muslimin itu anggotanya muslim dan non-muslim. Itu yang disebarkan. Cara berpikir kita semua kan ciptaan Allah, tidak mungkin Allah membuat aturan yang mencelakakan apa yang diciptakan,” jelasnya.
Dijelaskan Abdul Qodir Hasan Baraja, pihaknya membuka pendaftaran bagi non muslim yang ingin menjadi anggota Khilafatul Muslimin.
“Non muslim kita kasih tau dan mereka mau jadi anggota. Ada pendaftarannya, jadi bukan cuma omong kosong,” tegasnya.
Menurutnya, Khilafatul Muslimin dibentuk sejak 1997 dengan berpedoman rukun iman dan Islam dan persatuan umat seperti yang diperintahkan dalam Alquran surat Ali Imran ayat 103.
“Manusia itu walaupun non-muslim mesti pemimpinnya menganjurkan umat bersatu. Islam lebih dahulu, melalui Allah mengajarkan bersatu. Berdasar itulah kita mempersatukan umat, lalu kita buat umumkan seluruh dunia. Sebab Islam ini Rahmatan Lil Alamin. Dari Indonesia diumumkan ke seluruh dunia tahun 1997,” jelasnya.
Ia menyatakan KhilafatulMuslimin bukanlah organisasi, tapi sistem. Dan tidak ada yang menolak persatuan.
“Kita ini bukan organisasi. Tapi sistem kehidupan Islami. Kita menyerukan bersatu dan jangan berpecah belah. Ini yang belum dipahami,” sebut pria sepuh ini yang karib disapa Kiyai ini.
Lebih lanjut ia berpesan agar terus menyiarkan dakwah dan tidak melanggar aturan dan perundang-undangan yang berlaku.