Jabarekspres.com- Apakah kamu ingin bisa membaca pikiran orang lain? Jika iya simaklah penjelasannya dibawah ini.
Didalam film atau cerita fiksi terdapat karakter yang bisa membaca pikiran. Lantas apakah di dunia nyata atau mungkin dalam ilmu psikologi membaca pikiran adalah sesuatu yang dapat dilakukan?
Faktanya, manusia tidak bisa membaca pikiran orang lain. Tetapi manusia sendiri dapat memperkirakan atau menebak apa yang seseorang pikirkan.
Dengan kemampuan menebak atau memperkirakan apa yang dipikirkan oleh orang lain kamu bisa menilai orang tersebut tanpa mengutarakan banyak kata-kata.
Nyatanya dalam ilmu psikologi terdapat metode untuk memperkirakan apa yang sedang dipikirkan orang lain dan perasaan orang lain.
Metode ini disebut juga dengan metode akurasi empati, yakni dengan cara “membaca” isyarat telegraf dengan penilaian melalui kata-kata, emosi, hingga bahasa tubuh.
Bagaimana caranya? Berikut penjelasannya.
Cara Baca Pikiran Orang Lain dengan Metode Psikologi
Non-verbal Decoding Skill
Metode yang pertama adalah metode Non-verbal Decoding, dengan cara memanfaatkan perasaan dan emosi orang lain sehingga ekspresinya terbaca, terutama pada wajah dan nada suara.
Kamu dapat meningkatkan kemampuan ini dengan cara memecahkan kode isyarat non-verbal dengan praktik sistematis.
Metode ini kerap digunakan oleh pesulap yang membaca isyarat dari penonton yang datang sehingga tahu momen yang tepat untuk melakukan triknya.
Pertimbangkan Konteks
Selain kamu menguasai emanfaatkan perasaan dan emosi orang lain, kamu juga harus mempertimbangkan konteksnya.
Perilaku yang dapat dibaca tetapi dalam konteks yang berbeda mungkin saja memiliki arti yang berbeda pula.
Pada suatu kasus, jika seorang istri meremas tangan suaminya dapat menggambarkan berbagai hal.
Momen tersebut dapat menjadi pertanda sayang, tanda marah, dan lainnya tergantung konteks yang sedang terjadi.
Strategi Deteksi Penipuan
Memang sulit untuk mendeteksi jika seseorang sedang berbohong atau mengatakan yang sebenarnya.
Hal ini perlu dilakukan dengan berlatih melihat inkonsistensi dalam perilaku non-verbal pada orang tersebut.
Selain itu, penting juga untuk menganalisis konteksnya dan jangan percaya metode cepat, seperti seseorang yang bohong pasti tidak berani melakukan kontak mata.